Bisnis.com, JAKARTA – Lebih dari 1.000 hektare sawah di Desa Tirtobinangun, Nganjuk, Jawa Timur, menggunakan pompa listrik sebagai sistem irigasinya. Kehadirannya perlahan tapi pasti mengubah peran pompa solar yang mulai ditinggalkan oleh para petani.
Sebagian mesin diesel di pinggir persawahan Tirtobinang sepertinya akan mati. Sebaliknya, pemasangan tiang listrik sepanjang sekitar 2 km kini menjadi irigasi baru bagi lahan petani.
Instalasi ini merupakan implementasi dari PT PLN (Persero). Program Elektrifikasi Pertanian merupakan inisiatif pemanfaatan listrik di bidang pertanian, perikanan, hortikultura, dan peternakan.
Program ini memungkinkan pemilik sawah yang memasang meteran konsumsi listrik untuk membuat kode di rumah. Selain kemudahan yang dibawanya, penggunaan tenaga listrik sebagai sistem irigasi padi terbukti mampu menekan biaya operasional petani.
Pengurus Kelompok Tani Desa Tirtobinangun, Kamto, mengatakan kehadiran program elektrifikasi PLN membantu petani menekan biaya operasional saat musim panen. Selisih biaya penggunaan pompa solar dan pompa listrik diperkirakan mencapai Rp 700.000.
Pria berusia 70 tahun ini mengatakan, jika kelompok tani menggunakan pompa solar, biayanya Rp 1 juta per 100 unit (ru) atau luas lahan pertanian 4.445 meter persegi.
Sedangkan petani dengan luas lahan yang sama harus mengeluarkan biaya panen sebesar Rp300.000 jika menggunakan pompa air.
“Ini menghemat banyak. Kelompok tani harus membayar $1 juta per musim panen. untuk setiap 100 rubel jika menggunakan solar. “Padahal kalau listriknya cuma Rp 300.000, sangat irit,” ujarnya saat diwawancara Bisnis.com pada Agustus 2024.
Kamto yakin program PLN akan membuat lebih banyak petani di Desa Tirtobinangun memanfaatkan listrik untuk irigasi. Ia dan kelompok tani terus mensosialisasikan program tersebut agar petani lain bisa merasakan manfaat serupa. Produktivitas petani meningkat
Riski Dinal, Direktur Departemen Pelayanan Pelanggan (ULP) PLN Kertosono, menjelaskan elektrifikasi pertanian merupakan kontribusi PLN sebagai BUMN untuk membantu meningkatkan produktivitas pertanian dan tanaman di tanah air.
“Saat petani membutuhkan, PLN harus turun tangan. Seperti di kawasan ini, sekitar 30 pemilik sawah melakukan panggilan massal. “Meski jauh dari jaringan listrik utama, kami sudah membangun trafo tersendiri yang berbeda dengan trafo untuk pelanggan perumahan,” ujarnya.
Sebagian besar kebutuhan elektrifikasi pertanian di dan sekitar Nganjuk berasal dari sawah, terutama peralatan irigasi dan pestisida.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel