Bisnis.com, JAKARTA – Para ekonom mewaspadai kemungkinan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang bisa melebihi ketentuan 3% pada masa pemerintahan Prabowo Subianto.
Ekonom Bright Institute Aval Rizki menyoroti perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa belanja pemerintah akan terus tumbuh secara nominal, meskipun indikator ini tidak akan berubah pada kisaran 16% selama lima tahun ke depan.
Intinya, perkiraan IMF sebelumnya menunjukkan bahwa pemerintah menerapkan disiplin fiskal dengan tingkat PDB yang stabil.
Namun, Avals menilai perkiraan lembaga internasional tersebut tidak memperhitungkan rencana belanja Prabova sehingga dapat meningkatkan belanja publik.
“Jika ada komitmen kampanye tambahan yang harus dipenuhi, hal ini akan meningkatkan biaya dalam sekejap. Kecuali pengeluaran lainnya dipotong. “Jadi jadwal [pengeluaran dan defisit] ini kemungkinan besar akan berubah,” ujarnya, Selasa (29/10/2024) usai kegagalan perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF) terhadap perekonomian Indonesia.
Faktanya, Dana Moneter Internasional (IMF) telah memperkirakan bahwa rasio defisit PDB berada dalam tren menurun hingga tahun 2029, namun akan tetap di atas 2% PDB. Artinya, dengan asumsi Anda memiliki disiplin untuk berbelanja.
Pada saat yang sama, Prabowo memiliki serangkaian program untuk memenuhi janji kampanyenya, seperti makanan bergizi gratis mulai Rp 71 triliun pada tahun depan.
“Jika pemerintah baru menambah program dan tidak memotong program lainnya, maka hal itu bisa jadi merupakan kecurangan. “Perubahan undang-undang bisa meningkatkannya lebih dari 3 persen,” ujarnya.
Terakhir, jika defisit bertambah, otomatis utang pemerintah pun bertambah dan bisa mencapai Rp 12,9 triliun pada akhir pemerintahan 2029.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengakui ada tambahan anggaran untuk mengimbangi program Rp 8 triliun dolar AS yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Prabowo Subianto.
Selain itu, anggaran program Quick Win akan ditingkatkan dari Rp113 triliun menjadi Rp121 triliun pada APBN 2025 mendatang.
Quick Win adalah inisiatif sederhana dan cepat yang dapat diterapkan dalam waktu satu tahun setelah diluncurkan. Program lain yang dijanjikan pada kampanye terakhir adalah makanan bergizi gratis yang diambil dari luar anggaran K/L, yaitu dana cadangan pendidikan.
Kementerian Keuangan berpendapat keberadaan anggaran non-K/L ini merupakan bentuk fleksibilitas APBN.
Sementara itu, pemerintah merencanakan defisit APBN sebesar 616 triliun 200 miliar atau 2,53% PDB pada tahun depan.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel