Bisnis.com, Jakarta – Penerbit Laboratorium Klinik PT DiagnosLab Utama Tbk. DGNS meraih laba Rp 217,84 juta pada triwulan I 2024, berhasil mengubah kerugian Rp 3,46 miliar menjadi laba.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2024, total pendapatan emiten Bunda Hospital Group ini sebesar Rp 41,74 miliar. Angka tersebut meningkat 10,92% dibandingkan Rp 37,63 miliar pada triwulan I 2023.

Pendapatan meningkat hampir di seluruh segmen usaha. Pendapatan rujukan dokter pihak terkait meningkat 0,77% menjadi Rp26,89 miliar dari Rp26,69 miliar. Selanjutnya, pendapatan segmen pelanggan korporasi pihak berelasi mengalami penurunan sebesar 69,72% menjadi Rp 201,32 juta dari sebelumnya Rp 664,82 juta.

Sedangkan pendapatan dari pelanggan korporasi pihak ketiga meningkat 76,74% dari Rp3,85 miliar menjadi Rp6,82 miliar. Pendapatan segmen rujukan dokter pihak ketiga juga meningkat 44,11% menjadi Rp 4,69 miliar pada kuartal I 2024 dibandingkan Rp 3,25 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Dengan meningkatnya pendapatan, beban tetap DJPN pun meningkat sebesar 3,96% menjadi Rp22,80 miliar dari sebelumnya Rp21,93 miliar.

Meski demikian, pendapatan kotor DGNS tetap tumbuh sebesar 20,64 persen, dari Rp15,69 miliar pada triwulan I 2023 menjadi Rp95,05 miliar pada akhir Maret 2024.

Setelah dikurangi berbagai biaya yang bisa ditekan, DGNS berhasil memulihkan kerugian sebesar Rp3,43 miliar pada triwulan I-2023 dan laba sebesar Rp217,84 juta pada tiga bulan pertama tahun 2024.

Sedangkan total aset DGNS meningkat 6,20% dari Rp271,47 miliar pada akhir tahun 2023 menjadi Rp288,3 miliar pada akhir Maret 2024. Di sisi lain, total liabilitas juga meningkat 21,89 persen dari Rp75,88 miliar menjadi Rp92,49 miliar per 31 Desember 2023, dan akan mencapai $1 miliar pada kuartal I-2024. Kas dan setara kas turun 70% dari Rp 22,06 miliar menjadi Rp 6,61 miliar di akhir periode.

Rencana penerbitan hak

Sebelumnya, berdasarkan informasi keterbukaan BEI pada 13 Maret 2024, DGNS akan menerbitkan 921 juta saham baru melalui pemberian penambahan modal saham preferen (PMHMETD) I atau right issue dengan harga pelaksanaan Rp 505 per saham.

DGNS kemudian menguasai 97,97% Asa Ren Pte Ltd, pemilik PT Asa Ren Global Nusantara. Rencana akuisisi tersebut bernilai US$24,1 juta atau setara Rp 357,89 miliar (Rp 14.850 hingga 1 dolar AS).

Secara spesifik, jumlah investasi yang direncanakan adalah 21,69 juta dolar AS atau sekitar 322,1 miliar dong. Sementara itu, DGNS berencana melakukan pembelian kembali saham senilai US$2,4 juta atau sekitar Rp 35,78 miliar.

Sedangkan PT Bundamedik Tbk. BMHS (BMHS) yang memiliki 41,2% saham DGNS akan mengalihkan HMETD kepada pemilik Asa Ren, sedangkan PT Bunda Investama Indonesia yang memiliki 38,8% saham DGNS akan membeli sebagian HMETD atau 80,49 juta saham.

Pada saat yang sama, 258 juta 374 ribu 200 saham lainnya akan dialihkan kepada 15 pemegang saham “Asa Ren” lainnya.

Alhasil, melalui rencana akuisisi tersebut, DGNS akan menjadi pemegang saham mayoritas Asa Ren. Manajemen DGNS menyatakan Asa Ren merupakan mitra teknologi yang ideal untuk pengembangan bisnis dan peningkatan produk dan layanan perusahaan.

“Melalui kemitraan ini, perusahaan berharap dapat memperluas jangkauan teknologi dan kemampuan genetik Asa Ren ke pasar yang lebih luas dan membuka peluang baru yang belum dijajaki perusahaan sebelumnya,” kata Manajemen DGNS dalam pernyataannya.

__________

Penafian: Postingan ini tidak dimaksudkan untuk membujuk Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA