Business.com, Jakarta – Dewan Energi Terbarukan Nasional (DN) memperkirakan penerapan bauran energi baru terbarukan (EBT) akan mencapai 17% atau kurang dari target pemerintah sebesar 23% pada tahun 2025. Pada semester I, bauran energi mencapai 13,93% 

Anggota DAN Abadi Porenomo mengatakan ada sejumlah faktor yang menyebabkan target bauran EBT tahun depan belum tercapai. Ia menyebutkan situasi kelebihan pasokan di masa pandemi dimana terjadi kelebihan pasokan sebesar 30%. 

Masa epidemi dikatakan telah menghentikan peningkatan permintaan listrik. Alhasil, jika terpaksa memasukkan material dari pembangkit EBT yang baru, justru akan berdampak pada pembangkit yang sudah ada.  

“Ini sudah kita pantau, kita hitung pangsa energi terbarukan di tahun 2025 tidak akan melebihi 17%, sekarang berkisar 13%-14%,” kata Abadi dalam pertemuan di acara Catadata Forum di Jakarta. , Rabu (9/10)

Dalam konteks ini, partai sedang menyusun strategi baru untuk mencapai target EBT bersama sebesar 70% pada tahun 2060. Inisiatif yang dilakukan saat ini adalah perubahan Peraturan Pemerintah tentang Kebijakan Energi Nasional (RPP). DEN akan mengubah targetnya menjadi 23% bauran energi bersih pada tahun depan 

Ia menambahkan, pada tahun depan bisa mencapai 70% pada tahun 2060.

Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengatakan kendala yang menghambat tujuan integrasi energi adalah kurangnya konektivitas jaringan transmisi listrik yang baik. Ia pun mencontohkan EBT memblokir jaringan listrik di Riya 

“Ini faktor penyebabnya. Lagi-lagi tugas Menteri ESDM yang baru adalah menyelesaikan ini bersama PLN. Jadi bukan salah PLN, rencana kita juga salah, tapi mereka lebih bertanggung jawab dari kita,” kata Bahil. baru-baru ini. 

Dalam konteks tersebut, Bahli menyoroti potensi Indonesia dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di sektor panas bumi atau panas bumi. Secara global, Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia atau 40% atau setara dengan 24 gigawatt (GW). 

Sementara itu, kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi telah mencapai 26 GW, atau terbesar kedua di dunia, yang beroperasi dan pertumbuhannya meningkat dua kali lipat selama 10 tahun terakhir. 

Kapasitas pembangkit listrik PLTP (pembangkit listrik tenaga panas bumi) mencakup 18,5% dari total listrik EBT atau 3% dari total 93 GW, ujarnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA