Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Manajemen Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, ketidakmampuan masyarakat membeli barang semakin berkurang meski secara bulanan (month-on-month/MtM) mengalami penurunan selama lima bulan terakhir.

Airlangga menegaskan, daya beli masyarakat tidak melemah dan tetap kuat. Hal ini terlihat dari harga bahan bakunya. Komponen ini merupakan salah satu dari tiga faktor, faktor lainnya adalah harga yang dikendalikan pemerintah dan harga variabel. 

“Penjualan memiliki komponennya masing-masing. Inflasi umum terus meningkat. “Kalau inflasi naik berarti daya beli meningkat,” ujarnya kepada media di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Selasa (10 Januari 2024). 

Dia menjelaskan, penyebab penurunan pendapatan dalam lima bulan terakhir karena pengendalian harga pemerintah dan harga variabel, bukan pasar utama. 

Turunnya harga tersebut merupakan dampak dari tindakan negara yang merupakan bagian dari Pengendalian Harga Pusat (TPIP) dan Pengendalian Harga Daerah (TPID). Bahkan, daerah akan mendapat imbalan apabila berhasil mengendalikan inflasi di daerahnya. 

Sementara harga yang diatur pemerintah seperti bahan bakar minyak (BBM) justru akan menunjukkan deflasi pada September 2024.  

“Yang menentukan deflasi atau bukan deflasi adalah tingkat inflasi. Kalau dilihat dari segi itu, bukan deflasi [bukan daya beli],” lanjutnya. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 akan terus mengeluh, kali ini sebesar -0,12% MtM. 

Ini adalah defisit yang dialami Indonesia selama 5 bulan berturut-turut, setelah mengalami defisit selama tujuh bulan berturut-turut pada krisis tahun 1999.

Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti mengatakan barang kebutuhan pokok naik 0,16% dibandingkan inflasi 0,1%. Produk utama penyumbang inflasi adalah kopi bubuk dan biaya sekolah/universitas. 

Berdasarkan pemaparannya, inflasi IHK yang terjadi pada September 2024 lebih tinggi dibandingkan September 2023 yaitu sebesar 0,12%. Namun angka yang tercatat pada periode tersebut lebih rendah dibandingkan Agustus 2024 yang sebesar 0,2%. 

Berbeda dengan pengendalian pemerintah yang mencapai deflasi 0,04% dan share 0,01%. Pada dasarnya negara ini berada di bawah tekanan pasokan bahan bakar, sejalan dengan penurunan harga bahan bakar yang tidak membantu pada bulan September 2024. 

Sedangkan komponen volatil mengalami penurunan lebih dalam sebesar 1,34% dan berkontribusi 0,21%. Utamanya cabai merah, cabai rawit, bubur telur ayam, ayam masak, tomat, daun bawang, kentang dan wortel. 

Lihat berita dan cerita lainnya di Google Berita dan Channel WA