Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat menilai aktivitas perusahaan keuangan terdampak turunnya daya beli masyarakat pada paruh pertama tahun ini. Diketahui, sejumlah investor besar mencatat penurunan pendapatan pada semester I 2024.

PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) atau Clipan Finance mencatatkan laba periode berjalan Rp 128,2 miliar. Angka tersebut turun 80,26% dari Rp 649,6 miliar pada Juni 2023.

Sementara itu, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) atau BFI Finance juga melaporkan penurunan pendapatan sebesar 19,16% year-on-year dari Rp 848,3 miliar menjadi Rp 685 miliar pada Juni 2023. 

Berikutnya PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) atau Mandala Finance turun 11,6% menjadi Rp 213,36 miliar dari Rp 241,54 miliar.

PT Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) atau Adira Finance mencatatkan pendapatan berjalan sebesar Rp 765 miliar pada Juni 2024. Angka tersebut turun 6,5% dari pendapatan perseroan pada Juni 2023 sebesar Rp 818 miliar. 

Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital dan Ekonom Center for Economic and Legal Research (Celios), mengatakan jika melihat data, pendapatan perseroan pada Mei 2024 lebih tinggi dibandingkan Mei 2023. Namun terjadi penurunan signifikan pada bulan Januari. – Pada bulan April 2024 menguntungkan, dan pada tahun ini mengalami penurunan. 

“Pada Desember 2023, pendapatan perusahaan pembiayaan mencapai Rp 23 triliun. Saat ini turun menjadi Rp 1 triliun pada Januari 2024,” kata Huda saat dihubungi Bisnis, Minggu (4/8/2024). 

Hooda mengatakan penurunan tersebut disebabkan melemahnya daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah. Pembelian mobil baru turun tajam, dan kelas menengah memilih untuk berhemat. Menurut Hooda, investasi jenis ini akan sangat terdampak dengan menurunnya daya beli. 

“Berbagai pendapatan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun lalu. Namun jika dibandingkan dengan akhir tahun lalu, penurunannya masih jauh,” ujarnya. 

Pada Semester II/2024, Huda melihat adanya peluang untuk meningkatkan daya beli masyarakat, apalagi dengan adanya bonus tahunan di akhir tahun. Selain itu, menurutnya, adanya pemilihan kepala daerah (Pilkada) akan memperkuat reformasi perekonomian di daerah. 

“Ini bisa menjadi titik balik dalam perekonomian, terutama dengan belanja konsumen atau lapangan kerja yang lebih banyak,” katanya. 

Meski demikian, Huda juga melihat adanya peluang wait and see bagi para pengusaha, terutama bagi perusahaan yang bermain secara regional. Meski begitu, dia menilai perusahaan-perusahaan di Tanah Air sudah menentukan arahnya karena pemerintah pusat sudah terpilih dan rencananya sudah jelas. 

“Menurut saya, Pilkada 2024 tidak akan banyak berdampak pada perusahaan multinasional atau besar. 

Terakhir, ketika pasar otomotif melambat pada paruh kedua tahun 2024, Huda melihat peluang untuk memanfaatkan sektor listrik. Menurut dia, permintaan produk elektronik di bawah RP 1,5 juta kemungkinan akan meningkat. 

“Selain itu, pemerintah juga melarang pembelian dari luar negeri melalui e-commerce. “Ini bisa dimanfaatkan oleh lembaga keuangan,” ujarnya. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA