Bisnis.com, Jakarta – Kanker pada anak merupakan masalah kesehatan utama di dunia dan diperburuk dengan tingginya angka gizi buruk di negara-negara berkembang.

Laporan terbaru menunjukkan bahwa 57-61% anak-anak yang terkena kanker mengalami kekurangan gizi pada saat diagnosis, sehingga menciptakan interaksi yang kompleks antara nutrisi dan dampak kanker. 

Malnutrisi tidak hanya mempengaruhi kesehatan umum anak-anak ini tetapi juga kemampuan mereka untuk bertahan dan menghadapi pengobatan kanker. Situasi yang mengkhawatirkan ini memerlukan perhatian segera untuk mengatasi beban ganda kanker dan kekurangan gizi pada populasi anak. Shweta Bansal seperti dikutip Timesofindia mengatakan, malnutrisi adalah masalah umum di kalangan anak-anak yang didiagnosis menderita kanker, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMICs) seperti India. Anak-anak dari latar belakang ekonomi kurang beruntung sering terkena dampaknya, karena kurangnya sumber daya menghalangi akses terhadap makanan yang baik.

Asupan protein, vitamin, dan nutrisi penting yang tidak tepat akan melemahkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi kemampuannya melawan infeksi dan kanker.

Ada beberapa alasan mengapa malnutrisi sering terjadi pada pasien kanker anak. Proses penyakit, termasuk kebutuhan metabolisme kanker, berkontribusi terhadap penurunan berat badan, pengecilan otot, dan malnutrisi.

Pengobatan kanker, seperti kemoterapi dan radiasi, seringkali menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan kesulitan menyerap nutrisi. Selain itu, kondisi sosial dan ekonomi yang rendah, kekurangan pangan, dan kurangnya dukungan gizi di institusi kesehatan juga memperparah masalah ini. Pengaruh malnutrisi pada hasil kanker

Malnutrisi berperan penting dalam meningkatkan dampak kanker pada anak. Seorang anak yang kekurangan gizi tidak dapat mentoleransi pengobatan kanker seperti kemoterapi dan radiasi.

Sebab, malnutrisi melemahkan imunitas tubuh, meningkatkan risiko infeksi, dan menunda pemulihan. Misalnya, anak-anak yang menerima kemoterapi dapat mengalami efek samping seperti masalah pencernaan yang parah, sehingga sulit bagi mereka untuk mempertahankan status gizi yang cukup.

Gizi yang buruk juga berdampak buruk pada fungsi hati dan ginjal, yang penting dalam metabolisme dan eliminasi obat kemoterapi, sehingga menyebabkan komplikasi seperti toksisitas obat. 

Selain itu, malnutrisi dikaitkan dengan risiko penundaan pengobatan dan pengurangan dosis yang lebih besar, yang dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan kanker secara keseluruhan.

Anak-anak yang menderita kekurangan gizi harus dirawat di rumah sakit lebih lama, biaya pengobatan lebih tinggi, dan tingkat kelangsungan hidup lebih rendah.

Dalam beberapa kasus, kanker bisa menjadi lebih agresif pada tubuh yang kekurangan gizi, sehingga mempercepat perkembangannya dan membuatnya lebih sulit untuk diobati. Hal ini menciptakan lingkaran setan, dimana kanker memperburuk malnutrisi, dan malnutrisi mengganggu pengobatan kanker.

Tantangan kritis malnutrisi pada kanker anak memerlukan pendekatan terpadu. Seiring dengan deteksi dini dan strategi intervensi untuk meningkatkan status gizi, penilaian gizi harus menjadi bagian integral dari perawatan kanker.

Para profesional layanan kesehatan perlu bekerja sama dengan ahli gizi untuk membuat rencana makan individual yang memenuhi kebutuhan unik setiap anak yang dirawat karena kanker. Misalnya saja makanan berprotein tinggi, suplemen vitamin, dan makanan berkalori tinggi dapat membantu meningkatkan status gizi dan toleransi pengobatan.

Selain itu, program bantuan gizi harus tersedia bagi keluarga berpenghasilan rendah. Pemerintah, organisasi non-pemerintah, seperti Cuddles, dan organisasi internasional harus bekerja sama untuk memberikan bantuan makanan dan sumber daya pendidikan kepada keluarga yang terkena dampak kanker pada anak. Intervensi ini secara signifikan dapat meningkatkan kemungkinan pengobatan dan pemulihan kanker pada anak-anak yang kekurangan gizi.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel