Bisnis.com, JAKARTA – Partai Demokrat Indonesia (PDIP) mengecam keras Kerangka Ekonomi Makro dan Prinsip Kebijakan Fiskal 2025 (KEM-PPKF) yang dibuat pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menjadi dasar RAPBN 2025 Sebab, APBN tahun 2025 sendiri akan dilaksanakan oleh pemerintahan di bawah Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming.
Anggota Partai PDIP Edy Wuryanto mengatakan KEM-PPKF tidak diperlukan untuk mencapai visi dan tujuan Indonesia Emas 2045 atau rencana 20 tahun ke depan. Sebab, klaim pemerintahan Jokowi terlalu besar untuk proyek yang sama.
“Pemerintah saat ini telah memutuskan untuk memutuskan secara independen proyek-proyek strategis tahun 2045. Oleh karena itu, KEM-PPKF harus bersiap dalam situasi transisi, bukan berasumsi rencana pembangunan ke depan,” ujarnya di DPR, Selasa (28/1). ). 5/2024). .
Edy menegaskan, APBN 2025 yang merupakan langkah awal pemerintahan presiden terpilih harus mampu memperkuat peluang finansial pemerintahan baru.
Oleh karena itu, posisi keuangan pemerintahan baru lebih luas dalam program APBN-P untuk melengkapi Rencana Aksi Negara (RKP) dan Rencana Pembangunan Menengah Nasional (RPJMN).
Menurut dia, yang juga merupakan perwakilan PDIP, APBN 2025 disusun oleh para pemimpin yang berupaya menjaga kinerja pemerintah negara dalam pekerjaan umum untuk rakyat, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan pada triwulan I 2025.
Saat itu, Edy memutuskan agar APBN di masa transisi ini tidak boleh terjebak dalam defisit yang sangat besar, yakni mendekati batas atas Undang-Undang (UU) No. 17/2003 tentang keuangan negara dengan defisit 3% dan utang 60% PDB.
“Dengan demikian, belanja pemerintah sudah dioptimalkan untuk belanja sehari-hari, dan belanja modal yang memuat program RKP dan RPJMN baru belum dialokasikan,” jelasnya.
Sementara itu, Pemerintahan Jokowi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan kepada wakil rakyat rencana awal APBN 2025 yang disusun dalam KEM-PPKF.
Rencananya mencakup program pertumbuhan ekonomi pada tahun 2025 pada kisaran 5,1% hingga 5,5%, dan alokasi pembangunan sosial yang meliputi belanja dan dana sosial mencapai Rp 496,9 triliun – Rp 513 triliun.
Dalam pemaparan Sri Mulyani pekan lalu, ia juga menyampaikan bahwa makanan untuk anak sekolah ditingkatkan, serta tambahan bantuan pangan untuk anak-anak dan ibu hamil yang mengikuti program baru pemerintah.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel