Business.com, Jakarta – PT CMB Nyaga Auto Finance (CNF) mengungkapkan non-performing financials (NPF) perseroan masih utuh akibat menyusutnya kelas menengah. Hingga Agustus 2024, CNAF mencatatkan NPF sebesar 1,22%, meningkat 11 basis poin (bps) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu 1,32%. Jumlah tersebut masih jauh di atas batas 5% yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Presiden CNAF Ristiavan Suhrman menjelaskan secara bulanan, NPF perseroan meningkat 0,11% pada Agustus 2024 dibandingkan Juli 2024 yang saat itu NPF sebesar 1,46%. “NPF CNAF masih lebih baik dibandingkan rata-rata sektor keuangan kebanyakan,” kata Ristiavan kepada Bisnis, Rabu (4/9/2024).

Untuk menjaga kesehatan portofolio, CNAF telah menerapkan beberapa strategi, termasuk memperbarui sistem penilaian kredit untuk memastikan kualitas pelanggan yang disetujui dan memantau risiko. CNAF secara aktif menarik kembali cicilan melalui WhatsApp dan telepon serta mengembangkan teknologi berbasis suara untuk meningkatkan komunikasi dengan pelanggan.

Selain itu, CNAF berencana menambah saluran dan metode pembayaran untuk memudahkan akses masyarakat “Kami terus berupaya agar pembayaran cicilan menjadi lebih mudah dan terjangkau,” tambah Ristian.

Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 9,4 juta penduduk kelas menengah akan turun pada tahun 2019 hingga 2024, sehingga menyisakan 47,85 juta penduduk kelas menengah. Penurunan ini juga berdampak pada daya beli masyarakat yang diyakini akan berdampak pada peningkatan NPF di sektor keuangan Pada Juni 2024, NPF sektor keuangan sebesar 2,8% dibandingkan 2,69% pada periode yang sama tahun lalu.

Suwandi Wiratno, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Keuangan Indonesia (APPI), mengatakan menyusutnya populasi kelas menengah berdampak pada daya beli masyarakat dan banyak masyarakat yang menunda pembelian mobil. Ia mengatakan banyak kebutuhan pokok yang harus diprioritaskan sehingga pembelian mobil kerap tertunda.

Suwandi menambahkan, kenaikan NPF dapat mempengaruhi profitabilitas perseroan karena perseroan perlu mencadangkan dana tambahan untuk mengantisipasi potensi kredit bermasalah. “Jika NPF naik maka perusahaan harus menambah cadangan, yang tentunya akan merugikan profitabilitas,” ujarnya.

Untuk mengatasi dampak tersebut, Suwandi merekomendasikan kerja sama antara pemerintah dan industri untuk memperbaiki harga barang-barang konsumsi pokok sehingga masyarakat dapat kembali meningkatkan pendapatan dan daya belinya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA