Bisnis.com, JAKARTA – PT Cikarang Listrindo Tbk. ( POWR ) menggunakan hingga $500 juta untuk membiayai kembali penerbitan utang globalnya.

Manajemen Cikarang Listrindo menyebut target nilai tersebut lebih dari 50% ekuitas perseroan yang tercatat sebesar US$704,12 juta pada 2023. Sekuritas utang global POWR harus membayar tingkat bunga tetap maksimum sebesar 7,00% per tahun. 

“Perusahaan akan menggunakan dana tersebut untuk melunasi sebagian atau seluruh surat utang tahun 2026, termasuk bunga dan biaya lainnya,” tulisnya dalam keterbukaan informasi, Kamis (10/10/2024). 

Rinciannya, surat utang tahun 2026 tersebut diterbitkan oleh Listrindo Capital B.V., anak usaha POWR. 14 September 2016 Surat utang tersebut diterbitkan sebesar USD 550 juta dan memiliki tingkat bunga 4,95% yang dibayarkan dua tahun sekali. 

Rencana penerbitan utang global POWR dilaksanakan untuk meningkatkan likuiditas dan mendukung kebutuhan pembiayaan perusahaan secara keseluruhan. Selain menjaga likuiditas, POWR berharap penerbitan surat utang dapat memperpanjang jatuh tempo utang perseroan melalui skema pembayaran kembali atau top-up. 

“Penerbitan surat utang dan pelunasan surat utang pada tahun 2026 akan bergantung pada kondisi pasar. “Perusahaan akan memperhatikan kondisi terbaik yang akan diterima perusahaan,” jelasnya.

Berdasarkan estimasi manajemen, rasio ini diperkirakan turun menjadi antara 3,9x dan 4,2x setelah utang, rasio cepat dari 8,3x menjadi 7,9x, dan rasio lancar dari 9,6 menjadi 9,3x pada saat tertentu.

Sedangkan rasio-rasio tersebut dapat berubah tergantung jumlah yang nantinya digunakan untuk pembayaran utang dan belanja modal. 

Diberitakan sebelumnya, POWR membukukan laba bersih sebesar $76,97 juta pada tahun 2023 atau setara Rp1,2 triliun dengan asumsi kurs Rp15.701,95. 

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi tahun fiskal 2023, pendapatan POWR naik 6,12% dari $72,53 juta pada tahun sebelumnya. 

Sementara itu, penjualan bersih POWR pada tahun 2023 mencapai $546,07 juta, turun 0,79% year-over-year (YoY). Penurunan ini didorong oleh penjualan ke pelanggan industri yang turun 1% YoY menjadi $472,16 juta. 

Sekretaris Perusahaan POWR Cristanto Pranata mengatakan, koreksi penjualan segmen pelanggan industri disebabkan oleh perlambatan perekonomian global yang pada akhirnya berdampak pada ekspor nonmigas sektor industri.

“Perlambatan perekonomian global, terutama dengan mitra dagang Indonesia turut berkontribusi terhadap penurunan permintaan ekspor,” ujarnya, Minggu (3/3/2024). 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel