Business.com, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah lebih agresif mendorong sektor penghasil devisa. Sebab, penurunan cadangan devisa pada September 2024 sebagian besar akan digunakan untuk membayar utang luar negeri.

Ajib Hamdani, Analis Kebijakan Ekonomi Apindo, mengatakan hal pertama yang bisa dilakukan pemerintah adalah mendorong program orientasi ekspor dan substitusi impor.

“Pertama, program yang berorientasi ekspor dan substitusi impor,” ujarnya kepada Ajib Bisnis, Senin (7/10/2024).

Kedua, lanjutnya, menciptakan harga tambahan pada barang-barang premium atau turun di seluruh wilayah Menurut dia, underflow tidak hanya terjadi pada minyak, gas, dan sumber daya alam, tetapi juga pada sektor pertanian, perikanan, dan perkebunan.

Berikutnya, mendorong investasi asing langsung (FDI) dengan mendorong transparansi politik, kepastian hukum, dan regulasi. Terakhir, mendorong ekonomi kreatif dan pariwisata yang memiliki nilai pasar global

Menurut Business Records, cadangan devisa mencapai US$149,9 miliar pada September 2024, turun dari US$150,2 miliar pada bulan lalu.

Ramdan Denny Prakoso, Kepala Komunikasi Departemen BE, mengatakan situasi relatif stabil dan sedikit berkurang karena kewajiban utang pemerintah.  

Dalam keterangan resmi, Senin (7/10/2024), dia mengatakan perkembangan cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh pelunasan utang luar negeri pemerintah.  

Posisi cadangan devisa pada akhir September 2024 setara dengan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pelunasan utang luar negeri pemerintah dan sekitar 3 bulan impor lebih dari kecukupan internasional, ujarnya. 

Oleh karena itu, Bank Indonesia menilai cadangan devisa mampu mendukung keberlangsungan sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depan, bank sentral memandang cadangan devisa akan tetap memadai sehingga mendukung stabilitas sektor eksternal.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel