Bisnis.com, Jakarta – Bank Indonesia (BI) memperkirakan perekonomian DKI Jakarta akan tumbuh lebih tinggi pada triwulan II 2024 dibandingkan triwulan sebelumnya. 

Pertumbuhan tersebut terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga, momentum hari raya keagamaan nasional (HBKN) Idulfitri dan Idul Adha. 

Peningkatan ini didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga seiring dengan tingginya permintaan HBKN Idul Fitri, HBKN Idul Adha, serta libur panjang dan acara pada triwulan II tahun 2024. Ditulis di DKI Jakarta. Laporan perekonomian provinsi dikutip Selasa (30/7/2024).

Selain konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah juga diperkirakan meningkat seiring dengan kenaikan biaya pegawai bulan ke-13 dan kenaikan biaya bansos HBKN Idul Fitri. 

Hasil investasi juga diperkirakan akan meningkat, didorong oleh berlanjutnya aliran investasi selama bertahun-tahun dari proyek-proyek strategis pemerintah dan swasta. 

Di sisi lain, BI memperkirakan kinerja lembaga nirlaba dalam negeri (LNPRT) akan menurun, namun potensi pertumbuhan masih tinggi. 

Hal ini disebabkan berakhirnya pemilu di tengah meningkatnya aktivitas ormas keagamaan dalam rangka HBKN Idul Fitri, kata BI.

Sementara pada triwulan I-2024, perekonomian DKI Jakarta tercatat tumbuh 4,78% year-on-year (y-o-y/yy), turun tipis dibandingkan 4,85% year-on-year pada triwulan sebelumnya. 

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, penggunaan pemerintah dan LNPRT. 

Secara rinci, peningkatan konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh peningkatan konsumsi pada kelompok hotel dan restoran, serta kelompok transportasi, komunikasi, hiburan, dan budaya. 

Belanja pemerintah juga mencatatkan pertumbuhan positif, terutama didorong oleh kenaikan biaya pegawai seiring dengan kenaikan gaji ASN dan tunjangan THR sebelumnya, serta peningkatan pembayaran barang dan jasa untuk mendukung kegiatan pemilu. 

Selain itu, kegiatan pemilu dan lembaga keagamaan serta organisasi kemasyarakatan selama Ramadhan juga turut berkontribusi terhadap peningkatan penggunaan LNPRT pada triwulan I tahun 2024. 

Sementara itu, ekspor dan investasi mencatat pertumbuhan yang lambat. Penurunan ekspor sebagian besar disebabkan oleh penurunan ekspor barang, sedangkan kinerja investasi yang terhambat dipengaruhi oleh sikap wait and see investor selama pemilu paralel. 

Dari sisi bisnis, BI mencatat pertumbuhan ekonomi Jakarta terutama ditopang oleh pertumbuhan sejumlah sektor usaha utama seperti perdagangan, konstruksi, serta informasi dan komunikasi. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel