Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mengungkapkan tantangan likuiditas di tengah lonjakan kredit perbankan.

Saat Bank Indonesia (BI) merilis hasil Rapat Direksi (RDG) BI pada 18 September lalu, diumumkan bahwa kredit yang dikeluarkan perbankan meningkat 11,40% year-on-year (YoY/YoY) pada Agustus 2024.

Direktur BCA Santoso mengatakan kepada wartawan usai BCA Awards 2024, Senin (20/9), “Saya kira benar bank tumbuh satu digit dan kredit tumbuh dua digit. /2024/23).

Santoso juga mengatakan likuiditas BCA saat ini masih “kasar” atau memadai, meski ia tidak merinci lebih lanjut.

Terkait dengan kondisi likuiditas ke depan, Bank memperkirakan bisnis yang dikelolanya akan semakin membaik seiring berjalannya waktu. Ia juga menyoroti peran pemerintah dalam meningkatkan daya saing perbankan untuk menarik investor.

“Apalagi kenapa pemerintah mendorong investor masuk, salah satu caranya bisa mendukung mobilitas,” kata Santoso. Ya karena ada uang baru.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Vargio mengatakan ketahanan sistem keuangan negara tetap terjaga dengan likuiditas perbankan yang memadai.

Ia mengatakan dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (18/9/2024) bahwa rasio alat likuid dan dana pihak ketiga [AL/DPK] tercermin dari tingginya rasio sebesar 25,37%.

Ia juga menjelaskan bank mencatatkan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 26,56% sehingga mampu menyerap risiko dan menopang pertumbuhan kredit.

Sementara itu, rasio pinjaman terhadap nilai bank pada Juli 2024 masih rendah, yakni sebesar 2,27% (gross) dan 0,79% (net).

Menurut Perry, permodalan dan likuiditas bank mendukung solvabilitas dan profitabilitas perusahaan, berdasarkan hasil stress test bank baru-baru ini.

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan KSSK untuk mengurangi berbagai risiko yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan,” imbuhnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel