Bisnis.com, JAKARTA – Arah bisnis modal ventura berubah seiring melambatnya pertumbuhan startup. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pendanaan modal ventura hingga Agustus 2024 melemah 9,03% year-on-year (yoy) menjadi Rp 16,19 triliun. Hal ini melanjutkan tren penurunan pada bulan Juli yang juga menghasilkan 10,67% dengan nilai Rp 16,18 triliun. Tren tersebut mengulangi periode Juni 2024 yang juga mengalami penurunan sebesar 10,97% menjadi Rp 16,22 triliun.

Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesindo) menjelaskan faktor penyebab melambatnya industri ini. CEO Amvesindo Eddi Danusaputro menjelaskan anjloknya pendanaan modal ventura disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, melemahnya kondisi makroekonomi. Sebagai informasi, pendapatan teknologi merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan minat dan investasi pada sektor teknologi. 

Kedua, rezim suku bunga tinggi membuat investor masih wait and see. Memang suku bunga sudah mulai turun, tapi masih tinggi dibandingkan musim dingin sebelum pandemi dan teknologi sebelumnya, kata Eddi kepada Bisnis, Rabu. . (2/10/2024).

Seperti diketahui, Bank Indonesia pada September 2024 memangkas suku bunga acuan menjadi 6% dari 6,25%. Merujuk pada pernyataan Eddi, Rate BI secara historis mencatat suku bunga acuan sepanjang tahun 2017 sebenarnya berada pada level yang lebih rendah, yakni dari 4,25% menjadi 4,75%.

Faktor ketiga, investor semakin selektif dalam mencari perusahaan yang lebih resisten, sudah untung, atau punya jalur menuju profitabilitas, kata Eddi.

Sementara itu, saat ditanya bagaimana kinerja pembiayaan PT BNI Modal Ventura, Eddi yang juga Direktur Utama BNI Ventura masih enggan bicara soal angkanya. Yang pasti, kata dia, BNI Ventura selalu sangat memperhatikan penyaluran dana.

“Sejak berdiri, kami relatif konservatif. Hanya ada 3 investor [pihak pemberi investasi] yang masuk dalam portofolio kami,” kata Eddi.

Pendekatan OJK terhadap Modal Ventura

Sementara menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tren penurunan kinerja modal ventura dalam 3 bulan terakhir akan segera berbalik arah. Regulator memperkirakan pendanaan modal ventura pada akhir tahun mencapai Rp 18,18 triliun.

Kepala Departemen Perizinan, Pemeriksaan Khusus dan Pengawasan Pengendalian Mutu Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PMVL) OJK Edi Setijawan optimis target tersebut dapat tercapai.

“Kami melihat ada peningkatan pada bulan-bulan ini biasanya pada Q4,” kata Edi kepada Bisnis, Rabu (2/10/2024).

 Edi menjelaskan, sesuai peta jalan Pengembangan dan Penguatan Perusahaan Modal Ventura (PMV), langkah awal pada tahun 2024-2025 adalah penguatan dan konsolidasi. Oleh karena itu, pada masa konsolidasi, OJK berharap para pelaku perusahaan PMV fokus pada penguatan permodalan, tata kelola, manajemen risiko, dan sumber daya manusia.

Selain itu, PMV juga diharapkan fokus pada penguatan permodalan untuk memenuhi kebutuhan dasar ekuitas, penguatan fungsi manajemen risiko dan tata kelola, serta peningkatan keahlian SDM. 

“Hal ini tentunya akan menghilangkan konsentrasi pengendalian, termasuk upaya peningkatan kualitas distribusi/lokasi investasi, literasi dan perlindungan konsumen,” kata Edi.

Oleh karena itu, kata dia, jika tahap pertama berhasil diselesaikan, yaitu pada tahap kedua tahun 2026 hingga 2028, OJK berharap PMV bisa berkembang pesat.

Edi menjelaskan, pada langkah awal ini, OJK juga mendukung industri modal ventura antara lain penguatan regulasi, perizinan dan pengawasan, serta dukungan infrastruktur data dan sistem informasi. 

Ditambahkannya, yang tidak kalah penting dalam langkah awal sesuai peta jalan PMV adalah penguatan ekosistem industri yang antara lain mencakup peningkatan peran asosiasi, lembaga sertifikasi profesi, serta penguatan kerja sama dengan perusahaan asuransi/ organisasi penjaminan sebagai bagian dari penguatan manajemen risiko. 

“Industri PMV juga diharapkan dapat memanfaatkan teknologi informasi dengan sebaik-baiknya untuk mampu menjangkau segmen milenial dan generasi Z yang umumnya masih dalam tahap start-up usaha skala UMKM namun sudah familiar. dengan teknologi informasi,” tutupnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel