Bisnis.com, Jakarta – Perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP CEPA) antara Indonesia dan Peru telah memasuki tahap awal. Kedua negara bertujuan untuk menyelesaikan negosiasi pada November 2024.

Sementara itu, pada perundingan putaran pertama yang digelar di Lima, Peru, delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Johnny Marsa. Sedangkan pihak Peru dipimpin oleh Direktur Asia, Oseania dan Afrika Kementerian Perdagangan dan Pariwisata Peru sebagai ketua tim. ke

Perunding Peru, Gerardo Mesa. Pembicaraan pertama diluncurkan pada Senin (27 Mei 2024) oleh Elizabeth Garde, Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru, dan Duta Besar Indonesia untuk Republik Peru, Ricky Suchender.

Bapak Joni, Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan, mengatakan IP CEPA akan membawa banyak manfaat bagi perekonomian Indonesia dan Peru. Ia mengatakan, terdapat banyak potensi perdagangan kedua negara.

Pasalnya, jika dilihat dari segi demografi, jumlah penduduk Peru mencapai 34 juta jiwa dan produk domestik bruto (PDB) sebesar 239,3 miliar dolar. Sementara itu, Bapak Joni menyampaikan bahwa Peru juga merupakan mitra dagang non-tradisional Indonesia dan memiliki potensi yang besar. ke

Begitu pula dengan Indonesia yang berpenduduk 280 juta jiwa. IP CEPA diyakini dapat membuka berbagai peluang perdagangan bagi kedua negara.

Peru bisa menjadi hub produk Indonesia di Amerika Tengah dan Selatan, kata Joni dalam keterangan resmi, Kamis (30 Mei 2024).

Pak Joni menjelaskan, hal yang paling penting untuk dibahas dalam perundingan IP CEPA adalah bidang perdagangan barang. Banyak aspek terkait perdagangan barang yang dibahas, antara lain akses pasar untuk perdagangan barang, ketentuan asal barang, tarif dan fasilitasi perdagangan, kerjasama ekonomi, hambatan teknis dalam perdagangan dan perlindungan perdagangan Perlindungan kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan. Penyelesaian sengketa juga kerangka hukum dan kelembagaan;

Sementara itu, Menteri Perdagangan Luar Negeri Peru Gardo meyakini kerja sama ekonomi komprehensif antara Peru dan Indonesia tidak hanya dapat memberikan manfaat bagi dunia usaha, namun juga meningkatkan kehadiran Peru di Asia Tenggara. Sementara itu, perjanjian tersebut juga akan memperluas kehadiran Indonesia di Amerika Latin.

“Kami berharap IP CEPA dapat memberikan manfaat bagi kedua negara,” kata Garde.

Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, total volume perdagangan Indonesia dan Peru mencapai US$97,4 juta pada Januari hingga Maret 2024. Rinciannya, dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia ke Peru tercatat sebesar 63,9 juta dolar atau lebih dari 50% nilai perdagangan kedua negara.

Sedangkan impor Indonesia dari Peru mencapai 33,5 juta dolar. Dengan demikian, Indonesia saat ini menikmati surplus perdagangan sebesar US$30,43 juta dengan Peru.

Total perdagangan Indonesia dan Peru menunjukkan tren positif sebesar 19,9% dalam lima tahun terakhir (2019-2023). Peru merupakan negara tujuan ekspor nonmigas Indonesia ke-45 dan sumber impor Indonesia ke-62.

Ekspor utama Indonesia ke Peru pada tahun 2023 meliputi mobil dan kendaraan penumpang (US$144 juta), biodiesel (US$31,8 juta), alas kaki (US$44,9 juta), dan kertas (US$13,2 juta). Sementara impor utama Indonesia dari Peru adalah biji kakao (US$33,1 juta), anggur segar/kering (US$19,7 juta), mineral fosfat atau pupuk kimia (US$8,5 juta), seng mentah (US$5,3 juta), (US$ juta) termasuk. dan terak logam (AS) 2,5 juta dollar).

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel