Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa Unit Usaha Syariah (UUS) mencatatkan penurunan pertumbuhan aset pada semester I/2024 di tengah tekanan spin off atau divestasi Bank Umum Syariah (BUS).

Faktanya, properti mengalami tren penurunan sejak tahun 2024. awal Berdasarkan statistik perbankan syariah yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aset UUS pada awal tahun mencapai Rp 260,09 triliun. 

Kemudian aset UUS pada tahun 2024 Februari. meningkat Rp 4,87 triliun menjadi Rp 264,95 triliun. Faktanya, pada tahun 2024 Berbaris. Aset UUS meningkat menjadi Rp 266,44 triliun.

Sayangnya, tren ini tidak akan berhenti setelah akhir tahun 2024. untuk triwulan I, karena nilai aset UUS pada tahun 2024 pada bulan April harus turun Rp3,23 triliun menjadi Rp263,22 triliun. 

Perlambatan ini berlanjut hingga tahun 2024. di bulan Mei, hanya mengalami sedikit peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,11% menjadi Rp 263,51 triliun. Sedangkan secara year-on-year hanya tumbuh 4,66% year-on-year mencapai 251,78 miliar. Rp. 

Kondisi di bank

Nilai aset beberapa UUS milik bank juga mengalami penurunan. UUS dimiliki oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) atau CIMB Niaga Syariah misalnya pada tahun 2024. 30 Juni aset tercatat sebesar Rp64,83 triliun, naik 1,98% dari sebelumnya Rp66,15 triliun. 

Direktur Syariah CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara juga mengatakan pihaknya saat ini fokus pada proses penjualan sehingga lebih banyak pembicaraan mengenai konsolidasi internal. 

“Setelah urusan pemisahan ini diselesaikan, kami bisa lebih fokus pada pengembangan aset kami. “Namun setiap tahun mulai tahun 2024 pada 30 Juni sisi pembiayaannya naik 12 persen,” ujarnya kepada Bisni, Rabu (8/7/2024).

Kemudian UUS dari PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) juga mencatatkan penurunan aset sebesar 3,34% secara tahunan menjadi Rp 41,85 triliun dari tahun 2024. pada bulan Juni, naik 3,34% dari sebelumnya Rp 43,29 triliun pada tahun lalu.

Menariknya, peruntungan beberapa pemain UUS mengalami penurunan sepanjang tahun. Lain halnya dengan – UUS PT Bank Permata Tbk. (BNLI) atau Permata Syariah yang asetnya meningkat 5,73% year-on-year menjadi Rp 37,42 triliun. Sedangkan dibandingkan tahun 2023 pada bulan Desember, angka ini menurun sebesar 2,4 persen. 

Properti terus berkembang

Di sisi lain, meski ada yang mencatatkan penurunan, BTN Syariah masih mencatatkan pertumbuhan aset solid sebesar 20% year-on-year menjadi Rp 56 triliun pada semester I/2024 dibandingkan sebelumnya Rp 46 triliun pada semester I/2023. 

Pasalnya PT Bank Danamon Indonesia Tbk tidak mau kalah. (BDMN) juga mencatatkan Rp 12,71 triliun melalui UUSnya, naik 3,76% YoY dari sebelumnya Rp 12,25 triliun. 

Kepala Pengawasan Perbankan OJK Dian Edina Rae membantah adanya pengurangan aset bank-bank besar UUS untuk menghindari kewajiban demerger. Menurut dia, bank yang memenuhi persyaratan tersebut sebenarnya punya waktu 2 tahun untuk secara resmi mengajukan rencana pemisahan ke OJK. 

“Dan itu memerlukan persiapan yang cukup terhadap model bisnis yang harus mereka tingkatkan setelah menjadi BUS [Bank Umum Syariah],” ujarnya. 

OJK kemudian juga menghitung, jika pemisahan terjadi berarti akan ada penyesuaian, termasuk pertumbuhan yang akan dialami bank-bank tersebut secara alami.

Dian juga menegaskan, tidak ada fenomena penghindaran regulasi, karena jika dilakukan bank, dianggap terlalu berisiko bagi pangsa pasar. . 

Mengingat tahun 2023 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 12 Pasal 59 tentang Unit Usaha Syariah (POJK UUS), bank yang memiliki UUS, yang nilai asetnya sebesar 50% dari total nilai aset perusahaan induk dan/atau total aset UUS. Diperlukan minimal Rp50 triliun untuk memisahkan UUS pada tahap tertentu. 

Hingga saat ini, PT Bank UUS CIMB Niaga Tbk. (BNGA) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) harus memisahkan diri atau menjadi Bank Umum Syariah (BUS). 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel