Bisnis.com, JAKARTA – Masuknya Kementerian PUPR untuk mendukung stabilitas Kota Ibu Kota Negara (IKN) negara memberikan harapan bagi penerbit BUMN Karya dalam mendukung kegiatan keuangan tahun 2025.

Kementerian PUPR diketahui mendapat tambahan dana sebesar Rp40,59 triliun sehingga total anggarannya meningkat menjadi Rp116,22 triliun pada tahun 2025. Meski meningkat, jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan anggaran pertama tahun 2024 yang sekitar Rp149,74 triliun.

Saat ini anggaran baru tersebut direncanakan untuk mendukung pengembangan IKN Indonesia, khususnya pengembangan Kawasan Inti Pemerintahan Pusat (KIPP) yang mencapai Rp 9,11 triliun.

Kenaikan anggaran Kementerian PUPR menjadi motivasi besar bagi BUMN Karya. Pasalnya, masing-masing pengiklan sudah menuliskan harga kontrak proyek di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. 

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) telah ditutup sebagai proyek pengelolaan di IKN senilai Rp 7,7 triliun, sedangkan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) sebagai perusahaan mendapat Rp 11,05 triliun.

Saat ini PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) telah menorehkan nilai kontrak di IKN sebesar Rp 10,3 triliun dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) memiliki nilai tertinggi yakni Rp 12,17 triliun.

Presiden PTPP Novel Arsyad mengakui pentingnya proyek IKN Nusantara terhadap sumber keuangan perusahaan. Menurutnya, bukan hanya PTPP saja, namun BUMN Karya menjadi harapan keberlangsungan IKN Nusantara.

“Proyek IKN sangat besar pengaruhnya bagi guru-guru kita. Tentunya bukan hanya kita saja, tapi seluruh BUMN Karya berharap dengan adanya proyek IKN. Karena karya IKN sangat berharga [Nusantara],” ujarnya belum lama ini. 

Secara terpisah, Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya mengatakan perseroan sangat senang menyikapi potensi peluang pengembangan di tahun 2025, berdasarkan kemampuan yang dimiliki perseroan.

“Memiliki pengalaman yang baik dalam pengerjaan proyek-proyek terkait bisnis, gedung dan EPCC, WIKA siap mendukung proyek-proyek nasional,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (23/9/2024).

Mahendra mengatakan, beberapa waktu lalu, WIKA berencana memperluas sektor EPCC pada tahun ini untuk menyeimbangkan rencana strategis perusahaan.

Dia menjelaskan, sebagian besar sektor EPCC akan mendapat alokasi keuangan (capex) dari BUMN atau swasta yang digunakan untuk pengembangan proyek, termasuk perusahaan baterai dan lain-lain. stasiun transmisi tenaga listrik dan pembangkit tenaga listrik.

“Salah satu rencana kami adalah menjaga keseimbangan pasar, jika ada pengurangan belanja perusahaan publik untuk meningkatkan peluang di sektor EPCC,” ujarnya.

Menteri Perdagangan Adhi Karya Rozi Sparta menilai kenaikan anggaran Kementerian PUPR membuka peluang bagi perusahaan untuk memenangkan kontrak baru dari proyek pemerintah, proyek jalan, gedung, gedung dan terkait dengan IKN. 

Usulan ADHI pada tahun 2025 didukung oleh Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 2,09 triliun yang disetujui DPR pada Juli 2024. Modal ini diharapkan dapat melengkapi rencana strategis negara di jalan Solo-Jogja-Kulonprogo dan Jogja – Jalan Bawen.

“Kami yakin penambahan modal [PUPR] dan PMN akan berdampak positif terhadap kinerja ADHI sehingga memungkinkan pertumbuhan yang lebih baik dan memperkuat posisi perseroan di pasar,” kata Rozi.

 

Simak prospek Saham BUMN Karya

Di sisi lain, keberhasilan Prabowo Subianto di kursi Presiden Joko Widodo akan menjadi pendorong terciptanya indeks BUMN menjelang pergantian pemerintahan baru yang akan berlangsung pada 20 Oktober mendatang.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Saham BUMN terpilih alias IDX BUMN20 mencatatkan penurunan sebesar 1,82% pada tahun 2024 ini menjadi 408.757 pada Jumat (27/9/2024).

Sementara itu, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi kinerja IDXBUMN20. Alasan utamanya adalah penurunan suku bunga yang dilakukan The Fed dan Bank Indonesia (BI).

Kebijakan moneter berdampak positif terhadap kinerja indeks BUMN yang kembali ke garis hijau karena sentimen positif, kata Bisnis.

Kini, dia melihat ide lain dari data keuangan yang menunjukkan hasil bagus. Instansi pemerintah ingin dapat menjaga keamanan sekaligus menjaga efisiensi.

Kelanjutan BEI BUMN20 ini sesuai dengan presiden terpilih Prabowo Subianto yang berniat melanjutkan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) negara.

“Inilah yang menjadi alasan utama yang membuat kiprah BUMN di bidang konstruksi semakin kuat, setelah sempat terimbas gagasan bad money,” ujarnya.

Menurut Nafan, pengakuan pengurus BUMN itu karena terbukti dalam pembangunan IKN yang berkelanjutan. Hal ini didukung oleh kenaikan harga material akibat permintaan global, meskipun masih terdapat dampak dari rantai pasok. 

Di tengah motivasi tersebut, Mira Asset sempat mengeluarkan rekomendasi beli saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR), dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM).

ANTM Rp 1.525 per saham, BBNI Rp 6.125, BBRI Rp 6.000, BMRI Rp 7.800, SMGR Rp 4.450, dan TLKM Rp 3.420 per saham.

Sementara itu, Direktur Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, gagasan pengurangan modal mulai mendorong kinerja indeks BUMN sehingga penurunan beberapa waktu berlalu akan menjadi hal yang menarik.

Menurut dia, saham BUMN yang patut diwaspadai adalah BBRI dengan harga Rp 6.000, saham SMGR Rp 4.450, saham TLKM Rp 3.400, ANTM Rp 1.640, JSMR Rp 5.700, dan PGEO dengan target. Rp 1.300 per saham.

Penafian: Artikel ini tidak dimaksudkan untuk mempromosikan pembelian atau penjualan produk. Keputusan harga ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel