Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyoroti tebalnya anggaran infrastruktur pada tahun 2024 yang mencapai Rp 423,4 miliar atau 12,73% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Abdul Muis menjelaskan besaran alokasi anggaran perlu diimbangi dengan ketersediaan industri konstruksi dalam menyuplai bahan bangunan. 

“Besarnya anggaran infrastruktur nasional harus diimbangi dengan kesiapan industri konstruksi. Saya tegaskan bisa diselaraskan dengan program percepatan pembangunan infrastruktur,” kata Abdul saat Peluncuran Konstruksi Indonesia, Selasa (23/7). /2024).

Pasalnya, jika pasokan langsung bahan bangunan tidak tercukupi di dalam negeri, dikhawatirkan akan menambah beban devisa Indonesia.

Lebih lanjut, Abdul Muis juga menggarisbawahi bahwa industri konstruksi nasional harus tangkas dalam merespon perubahan secara cepat dan efektif serta beradaptasi terhadap perkembangan teknologi, perubahan regulasi dan dinamika pasar.

Oleh karena itu, diharapkan hal ini dapat memberikan dampak positif terhadap kualitas untuk meningkatkan daya saing. Dimana hingga saat ini Indonesia menjadi negara dengan peningkatan peringkat daya saing terbesar di dunia, yakni berada di peringkat ke-27.

Posisi Indonesia naik 7 peringkat dibandingkan tahun 2023, sehingga Indonesia berada di peringkat 3 besar kawasan Asia Tenggara setelah Singapura (peringkat 1) dan Thailand (peringkat 25).

“Di sinilah kesiapan rantai pasok konstruksi sangat diperlukan. “Industri jasa konstruksi diharapkan mampu menjamin ketersediaan seluruh sumber daya baik kualitas maupun kuantitas mulai dari Badan Usaha Jasa Konstruksi, rantai pasok tenaga kerja, peralatan dan bahan hingga teknologi konstruksi”, jelas Abdul Muis. .

Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian PUPR akan melaksanakan kegiatan konstruksi Indonesia pada tahun 2024 yang acara puncaknya akan dilaksanakan pada tanggal 6-8 November 2024 di ICE BSD Tangerang Selatan. 

Acara ini diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur atas kontribusi komunitas jasa konstruksi dan sebagai sarana pertukaran informasi antar pihak yang terlibat dalam konstruksi.

“Dengan demikian akan tercipta supply dan demand serta komunikasi antar pelaku jasa konstruksi baik nasional maupun internasional, selain juga menjadi ajang promosi untuk mendorong investasi, kreativitas, teknologi konstruksi dan kegiatan konstruksi nasional”, pungkas Abdul Muis. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel