Bisnis.com, Jakarta – Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto menyuarakan Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Indonesia yang terus terkontraksi pada Oktober 2024.
Airlangga mengatakan, sektor manufaktur yang masih berada di bawah 50 – menandakan adanya kontraksi atau penurunan aktivitas – keadaan daya beli masyarakat yang mempengaruhi permintaan.
Pada Jumat (1/11/2024), ia mengatakan kepada media di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, “Dari sisi domestik, konsumen semakin melemah.”
Hal ini disebabkan stok barang bertambah dan produksi barang baru berkurang akibat menurunnya permintaan masyarakat.
Ia berharap daya beli masyarakat segera pulih sehingga permintaan meningkat dan pabrik serta industri bisa terus berproduksi.
Airlanga mengatakan, pemerintah tengah berupaya mendapatkan kapasitas pasar domestik dan ekspor untuk menerima produk tersebut.
Ia mengatakan, jika konsumsinya membaik, maka kita juga berharap industrinya juga tumbuh.
Pernyataan Airlangga sejalan dengan data terbaru S&P Global yang menunjukkan operasi manufaktur Indonesia menghadapi penurunan output, pesanan baru, dan lapangan kerja.
Paul Smith, direktur ekonomi di S&P Global Market Intelligence, mengatakan: “Hal ini disebabkan aktivitas pasar tidak menggembirakan akibat ketidakpastian geopolitik, sehingga konsumen berhati-hati dan tidak bergerak maju.”
Kondisi pasar yang lesu menyebabkan persediaan pekerjaan baru berkurang karena perusahaan mampu menyelesaikan pekerjaan, sedangkan persediaan barang jadi bertambah.
Sementara itu, data inflasi yang sebagian besar terkait dengan daya beli masyarakat mulai mencatat inflasi setelah mengalami penurunan selama lima bulan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi secara tahunan atau year-on-year (YoY) sebesar 1,71% dan year-on-month (MtM) sebesar 0,08%.
Secara bulanan, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,06%. Pos inflasi yang paling utama pada kelompok ini adalah emas perhiasan
Sedangkan penyumbang inflasi utama secara tahunan pada Oktober 2024 adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,67%. Komoditi utama penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah beras, Sigaret Kretek Mesin (SKM), kopi bubuk, minyak goreng dan kecil-kecilan.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel