Bisnis.com, Jakarta – Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengungkapkan ada sekitar 40 perusahaan asuransi umum yang mengalami penurunan ekuitas akibat penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 117. 

Tahun ini, perusahaan asuransi diharuskan bekerja paralel dengan PSAK 117 sebagai akuntansi kontrak asuransi internasional yang baru. Namun di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengawasi kenaikan minimum ekuitas secara berkala pada tahun 2026 dan 2028. 

Oleh karena itu, Ketua Umum AAUI Buddy Heravan menyatakan hal ini merupakan tantangan baru bagi seluruh industri asuransi.

“Dari hasil pemetaan kita, mungkin ada 40 perusahaan asuransi umum yang ekuitasnya berkurang (akibat PSAK 117). Ini PR lagi [pekerjaan rumah],” kata Budi dalam konferensi pers Indonesia Rendezvous ke-28 di Nusa Dua. Daerah, Bali, Kamis (10/10/2024).

Buddy mengatakan permasalahan ekuitas merupakan hal yang lumrah terjadi pada perusahaan asuransi dan reasuransi dalam negeri. Sebagai wadah bagi perusahaan asuransi dan reasuransi, AAUI melakukan penelitian mengenai posisi inti perusahaan asuransi dan reasuransi secara umum.

Untuk mengatasi masalah ini dan mencegah pengembalian izin usaha perusahaan asuransi dalam negeri. Budi, penelitiannya pada tahun 2010 Diharapkan dapat selesai dan diserahkan kepada regulator pada akhir tahun 2024. 

“Asosiasi tidak mau mengaburkan apa pun, kami berharap perusahaan-perusahaan ini akhirnya memberikan izinnya,” kata Budi.

Selain itu, permasalahan kecukupan modal tentunya menjadi tanggung jawab pemegang saham. Namun, direksi bertanggung jawab untuk meyakinkan pemegang saham dengan memastikan bahwa perusahaan tersebut berkelanjutan dan memiliki keuntungan yang baik. 

“Dengan begitu, pemegang saham tidak akan ragu untuk menanamkan modalnya pada masing-masing perusahaan,” ujarnya. 

Seluruh perusahaan asuransi dan reasuransi wajib menerapkan PSAK 117 mulai 1 Januari 2025. Sederhananya, persyaratan akuntansi terkini ini mengharuskan perusahaan asuransi dan reasuransi untuk memiliki cadangan yang cukup untuk setiap portofolio bisnis.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan The Watch Channel