Bisnis.com, JAKARTA- Meski pasar global terus mengalami pasang surut, produksi tekstil Tiongkok tetap tumbuh. Selain itu, Amerika Serikat (AS) mulai melarang perdagangan barang asal Tiongkok karena kondisi geopolitik dan dugaan praktik dumping.

Ridma Gita Wiravasta, Direktur Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyF), mengatakan situasi ini menyebabkan Tiongkok semakin mengakses pasar domestik baik varietas legal maupun ilegal.

APSyFI telah melaporkan data International Trade Center (ITC) untuk ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) dari Tiongkok ke Indonesia senilai $6,5 miliar pada tahun 2022. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), TPT diimpor dari China.

“Tahun 2022 gapnya mencapai 2,9 miliar dolar. Sekarang rekening kita pasti lebih dari 3 miliar dolar, karena kelebihan pasokan di China itu gila-gilaan. Kalau 1-2 tahun lalu mereka menjualnya di bawah harga produksi kita, sekarang China yang menjualnya. bahan-bahan ini,” kata Ridma saat ditemui Bessons, Rabu (3/7/2024).

Jika melihat laporan Stata, produksi pakaian jadi Tiongkok akan mencapai 19,36 miliar potong pada tahun 2023, angka yang turun sebesar 8,69% mengingat penurunan ekspor pakaian jadi ke negara tujuan utama termasuk Amerika Serikat.

Dalam hal ini, Indonesia akan sedikit diuntungkan ketika ekspor ke Amerika meningkat pada awal tahun 2024. BPS mencatat nilai ekspor meningkat 0,19% atau senilai $2,95 miliar pada kuartal I-2024.

Katanya: “Makanya pasokannya sangat serius. Apalagi ada larangan ekspor ke Amerika. Kemarin ekspor Indonesia sedikit meningkat.”

Di sisi lain, Indonesia tidak memiliki perlindungan pasar yang memadai untuk mencegah impor dari Tiongkok yang tidak menarik bagi pasar internasional. Alhasil, pasar lokal kini kebanjiran pakaian asal Negeri Panda.

Bahkan, Ritma menjelaskan aturan wajib bagi produk tekstil berlabel berbahasa Indonesia. Namun produk berlabel China masih banyak ditemukan di platform Tanah Abang, Manga Dua, dan e-commerce.

“Artinya produk kita kalah di platform online, kita sudah kehilangan akses sebelum harganya hilang. Di platform mereka inilah Timo sekarang dengan penerapan langsung dari pabrik di China ke konsumen.”

Aplikasi Timo dari Tiongkok merupakan platform baru yang berpotensi memasuki pasar lokal. Pemerintah, Kementerian Perdagangan (Kimandag) juga telah memperingatkan hal ini, memastikan bahwa Timo tidak dapat diakses.

Akhirnya dia bilang: “Bisa download tapi negaranya belum ada Indonesianya. Kalau sudah datang bisa langsung dikirim ke sini, itu juga masalah, hanya bisa dengan KTP. Impor.”

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel