Bisnis.com, Jakarta – Paparan asap rokok menyebabkan gangguan pada sistem saraf anak, sehingga kemampuan berpikir dan kognitifnya tidak berkembang.

Ngabila Salam, M.K.M menyampaikan dampak asap rokok dapat menghambat tumbuh kembang anak.

Pasalnya, masyarakat Indonesia tercatat sebagai konsumen rokok terbesar. Bahkan, Ngabila menyebut rokok merupakan konsumsi rumah tangga kedua setelah nasi. Orang-orang memilih rokok dibandingkan makanan padat nutrisi.

Ia mengklasifikasikan tiga jenis penularan rokok, yaitu perokok pasif atau perokok aktif, perokok pasif atau paparan asap rokok orang lain. Kemudian, perokok pasif atau individu terpapar zat adiktif rokok dari pakaian, tembok, tangan, atau benda lain yang berasal dari asap rokok.

“Ada 10 aspek dampak merokok pada anak kecil. Yang pertama adalah motorik kasar, yang kedua adalah motorik halus, yang ketiga adalah kemampuan kognitif atau berpikir/IQ, dan yang keempat adalah bahasa.  Kemudian, yang kelima adalah konsentrasi, dan yang keenam adalah ADHD, gangguan pendengaran, gangguan konsentrasi, dan masalah adaptasi terhadap lingkungan. Lalu, tinggi badannya pendek, akhirnya anaknya kurus, jelas Ngabila saat berbicara dalam siaran radio Kementerian Kesehatan seperti dikutip, Minggu (23/6/2024).

Gangguan motorik kasar mengganggu proses anak seperti berbaring tengkurap, berlari, berjalan, dll. Pada saat yang sama, perkembangan keterampilan motorik halus anak dalam proses persepsi, persepsi, dll terhambat.

Menurutnya, 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak merupakan momen penting bagi perkembangan sistem motorik dan kondisi sistem sarafnya, sehingga jika mereka rutin bernapas atau menjadi korban ketiga dari paparan asap rokok, kondisi anak tersebut akan terganggu. menjadi mengkhawatirkan. Ia mengatakan, IQ anak berkurang akibat asap rokok.

Ngabila mengatakan, asap rokok bisa masuk ke dalam tubuh anak dan merusak pembuluh darah kapiler. Pembuluh darah ini lambat laun menyempit sehingga menghalangi aliran darah ke seluruh organ tubuh. Dalam jangka panjang, kegagalan organ bisa terjadi.

Rokok mengandung lebih dari 6.000 jenis bahan kimia berbahaya yang dapat merusak sistem organ tubuh dan menimbulkan penyakit kompleks.

“Rokok mengandung 6.000 jenis zat berbahaya, dan yang paling sering terdengar adalah nikotin dan tar. Asap rokok bisa kita hirup melalui hidung, atau kita bisa menghirupnya melalui mulut. “Nah, bisa langsung masuk ke organ pernapasan atau sistem pencernaan kita,” jelasnya.

Nah, yang disebut pembuluh darah kapiler pada organ pencernaan dan pernapasan ini tentu saja menyerap komponen-komponen rokok, termasuk karbon monoksida, lanjutnya.

Ia mengatakan, dampak asap rokok terhadap anak dapat terlihat dalam hitungan jam, bulan, atau tahun. Hal ini tergantung pada daya tahan tubuh anak. Kemudian kita bisa melihat pengaruh rokok terhadap IQ anak dalam waktu 6 bulan.

Penting untuk diingat bahwa tidak hanya asap rokok tradisional yang berbahaya, paparan asap rokok elektrik juga berdampak pada kesehatan anak. Faktanya, dari penelitian yang didapatnya, asap vape jauh lebih berbahaya dibandingkan asap rokok tradisional. Namun, bukan berarti merokok rokok tradisional tidak berbahaya.

“Vape justru menyebabkan gangguan jantung dan pernafasan karena konsentrasinya yang kental. Sekitar 6 sampai 10 kali lipat,” ujarnya.

Ia mengatakan, satu isapan vape setara dengan 6 isapan rokok tradisional. Ia menjelaskan, dampak rokok tidak hanya merusak kesehatan anak, tetapi juga meredupkan cita-cita generasi emas 2045. Hal ini disebabkan karena anak belum berkembang dengan baik dari segi intelektual hingga psikologis.

Ia menghimbau para orang tua, terutama para ayah, untuk segera mengurangi dan berhenti merokok demi menunjang tumbuh kembang anak. Sebuah penelitian yang ia temukan menunjukkan bahwa mengurangi konsumsi rokok sebesar 1% meningkatkan IQ anak sebesar 10 poin.

Orang tua atau individu yang merasa kesulitan untuk berhenti merokok dapat mengunjungi puskesmas terdekat untuk menjalani program Upaya Berhenti Merokok. (Muhammad Sultan Mutta Kandias)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel