Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah akan segera mewujudkan kereta otonom atau Autonomous Rail Transit (ART) di Ibu Kota Negara (IKN) Tanah Air pada 17 Agustus 2024.

Kereta otonom tersebut akan berfungsi sebagai transportasi para tamu dan masyarakat yang menghadiri perayaan HUT ke-79 Republik Indonesia di IKN.

Namun sebagian netizen justru menilai kereta otonom IKN mirip dengan bus yang digunakan PT TransJakarta.

Sepertinya bus TransJakarta, kata seorang netizen di kolom komentar Instagram @ikn_id yang dibagikan, Senin (8/12/2024).

“Saya perhatikan kalau mobil di Jakarta bentuknya sama, hanya saja modelnya dibuat mirip kereta api,” kata salah satu warganet.

Lantas, apa perbedaan KA Otonom IKN dan Bus Ekspres TransJakarta?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono mengatakan, masing-masing akan ada dua kereta dan tiga gerbong. Satu mobil mampu menampung 100 orang, sehingga jumlah penumpang maksimal 300 orang.

Basuki juga mengatakan, kereta trackless di IKN bisa mencapai kecepatan 70 kilometer per jam. Saat ini kereta otonom ini merupakan sarana angkutan umum berupa kereta listrik yang tidak memerlukan jalur konvensional. 

Kereta api ini menggunakan sistem pemandu mengikuti rambu-rambu khusus yang dipasang di jalan, jelas Basuki dalam keterangan resmi, Senin (12/8/2024).

Berdasarkan laman resmi China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) yang diakses Senin (12/8), trem otonom pertama kali diluncurkan CRRC pada tahun 2017. Kendaraan jenis ini diperkenalkan pada Oktober 2017 di Kota Zhuzou, Provinsi Hunan, dan mulai bekerja pada tahun 2018.

Secara spesifik, kereta otonom ini dilengkapi dengan sensor dan radar di segala sudut untuk dapat beroperasi tanpa pengemudi. Sensor-sensor ini bekerja sama untuk mendeteksi lintasan virtual dan memantau kondisi jalan. 

Selain itu, kereta otonom dilengkapi dengan sistem persinyalan yang dirancang untuk memberikan prioritas pada kereta api di jalan raya. Kereta otonom akan memberikan peringatan kepada lampu lalu lintas 100 meter sebelum mencapainya untuk mengatur pergerakan kendaraan dan mengatur ART agar melaju tanpa gangguan apapun.

Saat ini, ART merupakan metode transmisi berdasarkan listrik yang disalurkan melalui dinding. Dalam praktiknya, setiap kereta otonom akan dilengkapi dengan alat percepatan.  Detail bus TransJakarta

Perlu diketahui, dari segi spesifikasi, KA ART otonom dan bus gandeng memiliki perbedaan signifikan dalam hal bahan bakar. Meski kereta otonom menggunakan tenaga baterai, bus-bus tersebut, khususnya TransJakarta, masih menggunakan bahan bakar konvensional.

“Semua bus TransJakarta, kecuali yang berbahan bakar solar atau biodiesel, menggunakan bahan bakar gas jenis CNG, dan diisi di beberapa SPBG. Bus-bus ini diproduksi dengan menggunakan bahan khusus,” tulis keterangan di situs resmi TransJakarta, demikian. pada Senin (12/8/2024). 

Selain itu, untuk interior garasi, gunakan bahan tahan api untuk mencegah meluasnya api. Untuk rangkanya menggunakan bahan galvanil yaitu sejenis bahan seng dan besi yang kuat dan tahan karat, namun hanya berlaku pada mobil tertentu saja.

TransJakarta juga menjelaskan, bus tersebut memiliki tiga pintu, yakni depan, tengah, kanan, dan kiri belakang. Nah, pisau yang sama punya dua lubang, depan dan belakang, kanan dan kiri.

Pintu mobil menggunakan tiga sistem yaitu sistem lipat, sistem geser dan sistem bergulir yang dapat dikontrol melalui konsol yang ada di kursi pengemudi. Sistem bukaan pintu pada mobil bermesin tunggal dan tipe Komodo diubah menjadi sistem geser.

Namun bus yang digunakan PT TransJakarta adalah bus Zhongtong, bus Scania, dan bus Yutong. Saat ini bus TransJakarta berkapasitas hingga 60 kendaraan.

Simak berita dan artikel di Google News dan WA Channel