Bisnis.com, JAKARTA – Posisi utang pemerintah pada akhir September 2024 atau periode menjelang Joko Widodo (Jokowi) mengakhiri kepemimpinannya sebagai RI 1 tercatat meningkat Rp 11,97 triliun menjadi Rp 8,473, Rp 90 triliun dibandingkan Agustus. 2024. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam buku APBN edisi Oktober 2024 menyebutkan pengelolaan portofolio utang berperan penting dalam menjaga kesinambungan fiskal secara keseluruhan. 

Oleh karena itu, pemerintah secara konsisten mengelola utang secara hati-hati dan terukur, menjaga risiko suku bunga, mata uang, likuiditas, dan jatuh tempo secara optimal,” ujarnya seperti dikutip, Minggu (10/11/2024). 

Posisi utang tersebut setara dengan 38,55% Produk Domestik Bruto (PDB). Meski secara nominal meningkat, namun persentase PDB menurun dari 38,49% pada Agustus 2024. Rasio utang juga lebih rendah dibandingkan akhir Desember 2023 yang mencapai 39,21%. 

Sri Mulyani menegaskan, rasio utang tetap terjaga di bawah ambang batas aman 60% PDB sesuai UU No. 17/2003 tentang keuangan negara. 

Selain itu, pemerintah memprioritaskan pembelian utang jangka menengah dan panjang serta aktif mengelola portofolio utang. 

Pada akhir September 2024, profil jatuh tempo utang pemerintah dinilai cukup aman dengan rata-rata tertimbang jatuh tempo (WAM) 7,98 tahun. 

Jika dirinci, utang pemerintah didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) dan sisanya berupa pinjaman. 

Untuk SBN berjumlah Rp7.483,09 triliun, dimana Rp6.103,9 triliun merupakan SBN dalam negeri berupa Surat Utang Negara (SUN) senilai Rp4.871,6 triliun dan Obligasi Syariah Negara (SBSN) senilai Rp1,23 triliun. 

SBN valas tercatat Rp1.379,19 triliun pada akhir September 2024, terdiri dari SUN senilai Rp1.045,64 triliun dan SBSN Rp333,55 triliun. 

Berbeda dengan SBN yang didominasi investor dalam negeri, pinjaman luar negeri alias asing tercatat lebih banyak yakni sebesar Rp950,88 miliar dari total pinjaman Rp990,81 miliar. 

Pinjaman luar negeri mayoritas berasal dari kerja sama multilateral sebesar Rp569,05 miliar. Sedangkan sepanjang tahun ini hingga 31 Oktober 2024, Kementerian Keuangan telah menggulirkan pembiayaan utang senilai Rp438,1 miliar untuk membiayai APBN. 

Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono menjelaskan pemerintah meminta pembiayaan utang sebesar Rp648,1 miliar. Jumlah tersebut berasal dari obligasi pemerintah (SBN) dikurangi pinjaman.

“Kinerja keuangan ini tetap on track dan dikelola secara efektif, sehingga risiko tetap terkendali,” ujarnya dalam konferensi pers APBN di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (8/11/2024).

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel