Bisnis.com, JAKARTA — Cabang BUMN memberikan informasi baru mengenai tiga proyek PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), yaitu Proyek Bahodopi, Proyek Pomala dan Proyek Sorowako. Ketiga proyek tersebut merupakan bagian dari upaya penurunan aliran sungai yang dicanangkan pemerintah. 

Vale yang 20% ​​sahamnya dimiliki negara melalui PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) sejauh ini telah menyelesaikan tiga proyek. Dari segi informasi Kementerian BUMN, berikut update ketiga proyek Vale.  Proyek Bahhoodopi 

Proyek Bahodopi merupakan proyek pertambangan dan pengolahan nikel rendah karbon terintegrasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Groundbreaking proyek ini telah dilakukan pada 10 Maret 2023. 

Perkembangan terkini, Kementerian BUMN menyebutkan, pengembangan proyek perusahaan induk tersebut sedang dikaji untuk mencari strategi yang lebih baik dari sisi ekonomi. 

“Dewan Komisaris menyetujui untuk melanjutkan rekomendasi SteerCo,” tulis Kementerian BUMN dalam materi pemaparan yang diterima Bisnis, Jumat (12/7/2024).  

Kelanjutan proyek Bahodopi, tulis Kementerian BUMN, meliputi pemilihan mitra, studi kelayakan, dan penilaian risiko terhadap usulan teknologi HPAL dan/atau RKSBF. 

Kementerian BUMN menjelaskan INCO akan memiliki 100% tambang yang diperkirakan menghasilkan 42.000 ton nikel per tahun dalam bentuk feronikel. Sedangkan pada proyek ini, Vale memiliki 49% pabrik dan mitra strategis yaitu Tisco dan Xinhai. 

Untuk menyegarkan pikiran, Vale dalam keterangan resmi saat peluncuran proyek Bahadopi menyebutkan tungku yang akan dibangun di Sambalagi akan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Dengan dukungan sumber listrik yang berasal dari gas alam, maka akan menjadi pabrik yang handal, hemat energi, dan ramah lingkungan.  

Pembangkit listrik berbahan bakar gas akan berperan besar dalam mengurangi emisi karbon dioksida dari keseluruhan operasi proyek. Penurunan emisi karbon dioksida telah menjadi bagian dari peta aksi PT Vale, dengan tujuan mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 33% pada tahun 2030.  

PT Vale dan mitra telah menyiapkan total biaya investasi hingga Rp37,5 triliun dengan kapasitas produksi 73.000 ton per tahun.   Proyek Pomala 

Kementerian BUMN menjelaskan, untuk proyek Pomala, Vale dan Huayou telah menandatangani FCA2 untuk mengembangkan peralatan pengolahan HPAL3 dengan kapasitas hingga 120.000 ton per tahun. Ford telah memutuskan untuk bergabung dengan aliansi ini. 

Vale akan memiliki 100% saham tambang tersebut, yang diharapkan dapat memasok seluruh bijih ke pabrik pengolahan selama 20 tahun pertama.

Pada penandatanganan Project Cooperation Agreement (FCA) pada April 2022, Vale Indonesia menyatakan bahwa Huayou akan membangun dan mengoperasikan proyek HPAL Pomalaa, dan Vale berhak atas 30% saham bagiannya. 

Produk akhirnya adalah Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas produksi hingga 120.000 ton nikel per tahun. 

Kedua perusahaan juga sepakat untuk mengurangi jejak karbon proyek tersebut dan tidak menggunakan pembangkit listrik tenaga batu bara sebagai sumber listrik dengan cara apa pun untuk proyek tersebut. Biaya investasi tambang dan peralatan HPAL adalah $4,5 miliar. Proyek HPAL Sorowako 

Untuk proyek HPAL Sorowako, Kementerian BUMN menjelaskan Vale dan Huayou telah menandatangani perjanjian kerja sama final untuk pengembangan peralatan proses HPAL berkapasitas 60 ribu ton per tahun.

PTVI akan menjual bijih limonit yang dikecualikan dari aktivitas penambangan baru-baru ini di operasi Sorowako, tulis cabang BUMN itu. 

Untuk proyek ini nilai investasinya mencapai USD 2 miliar dimana Vale memiliki 30% kepemilikan pabrik dan 100% kepemilikan tambang. 

—————————- 

Penafian: konten ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel