Bisnis.com, JAKARTA – Emiten Grup Astra, PT United Tractors Tbk. (UNTR) berkomitmen untuk tidak memperpanjang konsesi dua tambang batu baranya di Kalimantan Tengah.
Kedua tambang batu bara tersebut berada di bawah operasional anak perusahaan UNTR, PT Asmin Bara Bronang (ABB) dan PT Suprabari Mapanindo Mineral. Rencananya, konsesi pertambangan Asmin Bara akan selesai pada tahun 2040 dan Suprabari akan selesai dua tahun kemudian pada tahun 2042.
“Jika konsesinya berakhir, kami berharap bisa berhasil memproduksi seluruh cadangannya sehingga tidak perlu memperluas konsesi batu bara yang kami miliki,” kata Direktur UNTR Ivan Hediantoro saat keterbukaan informasi publik secara online, Jumat (30). /8/2024).
Seperti diketahui, Asmin Bara sejak Mei 1999 memiliki kontrak karya batubara generasi ketiga atau kontrak pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B).
Luas konsesi Asmin Bara adalah 24.980 hektar yang meliputi tiga blok pertambangan: Mamput, Bekanon, dan Merangun. Dari konsesi tersebut, UNTR memperoleh batubara premium dengan kualitas CV GAR sebesar 6.500 kkal per kg.
Saat ini Suprabari memiliki kontrak karya batubara generasi ketiga atau PKP2B sejak November 1997.
Area pertambangan Suprabari terletak di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, seluas 23.940 hektar yang terdiri dari empat blok pertambangan yaitu Sekako, Lemo, Pendreh dan Mosak.
Melalui konsesi ini, UNTR menerima produk batubara kokas atau biasa disebut batubara metalurgi yang berguna untuk memproduksi kokas, salah satu bahan terpenting dalam pembuatan besi.
Meski demikian, Iwan menegaskan perseroan akan mengoptimalkan bisnis batu bara dari aset yang dimilikinya saat ini di tengah upaya diversifikasi bisnis menuju portofolio yang lebih ramah lingkungan dalam jangka panjang.
“Kami tidak berencana meninggalkan bisnis batubara di masa depan, namun kami akan mengoptimalkan proses produksi dari tambang yang kami miliki saat ini,” ujarnya.
Seperti diketahui, penjualan batu bara UNTR pada tahun 2020 hingga 2023 kemungkinan besar akan mengalami peningkatan yang signifikan. Misalnya saja sepanjang tahun 2023, penjualan batu bara mencapai angka 11,79 juta ton, naik 19% dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 9,93 juta ton.
Sementara pada Semester I/2024, penjualan batu bara UNTR mencapai 8,4 juta ton atau meningkat 17% dibandingkan pencapaian pada semester I tahun 2023 yang sebesar 7,2 juta ton.
UNTR melaporkan laba bersih yang turun 15% menjadi Rp 9,53 triliun selama paruh pertama tahun 2024.
Berdasarkan laporan keuangannya, UNTR mencatatkan laba bersih sebesar Rp 64,5 triliun. Pendapatan turun 6% dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yaitu sebesar Rp 68,6 triliun.
Manajemen UNTR mengatakan penurunan pendapatan disebabkan oleh penurunan kinerja segmen mesin konstruksi dan pertambangan batu bara.
Laba bersih UNTR disumbang oleh kontraktor pertambangan senilai Rp27,93 triliun, mesin konstruksi senilai Rp15,6 triliun, dan pertambangan batu bara senilai Rp15,46 triliun.
Kemudian pertambangan emas dan mineral lainnya sebesar Rp4,37 triliun, dan pendapatan industri konstruksi sebesar Rp1,1 triliun.
Manajemen UNTR juga menjelaskan bahwa penurunan pendapatan yang disertai dengan kenaikan biaya keuangan dan kerugian kurs mengakibatkan penurunan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih UNTR sebesar 15% menjadi Rp9,5 triliun dari Rp11,2 triliun pada saat itu. waktu yang sama pada tahun 2023.
Sementara itu, beban pokok pendapatan UNTR turun 4,68% pada H1/2024 menjadi Rp47,6 triliun, turun dari sebelumnya Rp49,9 triliun secara y/y.
__
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel