Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis batik nampaknya masih banyak peminatnya di dalam dan luar negeri. Pakaian batik asal Indonesia mempunyai potensi ekspor yang besar.

Ciptaan Dewi Agustiati, Produk UMKM Batik Kaaseeh Homemade Apparel Makin Wangi. Salah satu produk yang paling laris adalah outerwear yang dibuat sendiri dengan riset mendalam.

Dewi sudah lima tahun berkecimpung di dunia tekstil dengan merek BaliCali dan Krafis Handmade. Ia menggunakan kedua merek tersebut untuk menyasar pasar San Diego, California, AS. 

Diakuinya, pada awalnya banyak kesulitan dalam mencari bahan yang paling cocok untuk digunakan.

“Ada kajian panjang, kain tenun dan pengaplikasian batik bagus, tingkat kepudarannya. “Saya akhirnya menemukan sesuatu yang relevan dan diapresiasi oleh masyarakat, khususnya di Amerika,” kata Davie. 

Setelah membangun pasarnya di Amerika, Dewi mulai mengekspor pakaian. Baru-baru ini ia meluncurkan Kaaseeh Apparel yang menyasar pasar Indonesia. Dia tidak keberatan memulai dari awal.

“Sangat baru (untuk memulai bisnis baru). Saya bergabung di Jakpreneur hanya untuk mencoba dan mendapatkan banyak pelatihan. “Saat itulah saya mengkurasi pameran besar pertama saya,” jelas Devi yang baru saja ditemui Bisnis.

Tantangan penelitian saat mengembangkan gaun Kaaseeh lebih sedikit, katanya. Selain lebih berpengalaman, Devi lebih mengenal cita rasa Indonesia.

Kain batik yang terutama digunakan untuk pakaian Kaaseeh adalah batik jenis cap garutan. Alasannya, batik cap masih memiliki sentuhan tangan, berbeda dengan batik cap mesin. Brand inilah yang ingin diciptakan Dewi.

“Warnanya lebih modern, tidak kusam seperti batik lukis pada umumnya. Ini lebih bisa diterima oleh kaum muda. “Saya mencoba memastikan warna dan desainnya serasi,” kata Davy.

Sebagai jenis pakaian utama yang dijual, outerwear bukannya tanpa alasan. Dewi berupaya menjual pakaian serba guna yang dapat dikenakan pada bentuk tubuh apa pun, kondisi apa pun, dan cuaca apa pun.

“Kenapa eksteriornya saya koreksi, karena bodi setiap orang berbeda-beda. Ada yang kurus, gemuk, tinggi, pendek. Saya ingin pakaian yang bisa dipakai semua orang.”

Hal ini juga dilakukan untuk menghindari kemungkinan menumpuknya barang yang tidak terjual. Mengetahui selera pasar dengan benar, produk akan lebih cepat terjual.

Devi menjelaskan, saat pertama kali memulai usahanya, modal awalnya adalah 50-60 juta rupiah. Sebab ia harus membeli mesin jahit, overlocker, kain, dan juga menyewa tukang. Selain itu, saya melakukan semua pekerjaan sendiri – saya menjahit dan mengekspor barang. 

Setelah mendapatkan kembali modal dari dua merek sebelumnya, Dewi memproduksi Kaaseeh Apparel dengan bantuan dua penjahit dan tukang tambahan. Baginya, hal ini cukup meningkatkan efisiensi.

Saat ditanya nikmatnya memiliki usaha sendiri, Devi antusias. Seperti yang Anda lihat, bidang desain dan pakaian adalah sebuah hobi.

“Kalau membuat, saya suka memadupadankan warna, mencari desain, mencari bahan. Kalau kita bekerja sesuai passion, mau untung atau rugi, kita tetap bahagia. Semuanya rasanya enak,” jelasnya.

Mengubah hobi menjadi sumber penghasilan tentu menjadi dambaan banyak orang. Ada pendapat bahwa jika Anda melakukan apa yang Anda sukai, pekerjaan tidak akan terasa sulit. Devi juga merasakannya.

“Saya juga dapat memberi tahu calon pembeli dengan keyakinan penuh warna dan jenis desain apa yang cocok untuk mereka. Saya merasa bangga saat melihat orang memakai pakaian saya. Adapun hasilnya, lihat saja.”

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA