Bisnis.com, JAKARTA – Penerbit BUMN Karya mencatatkan kinerja pendapatan yang cukup fluktuatif pada kuartal II dalam lima tahun terakhir. Namun, hanya ada dua eksportir yang mampu mempertahankan pertumbuhan berkelanjutan. 

Berdasarkan olah data dari terminal Bloomberg, hanya PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) yang berhasil mempertahankan peningkatan pendapatan secara berkelanjutan selama kuartal II periode 2022-2023. 

Pada kuartal II tahun 2022, ADHI mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2,53 triliun. Angka tersebut meningkat 9% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 2,32 triliun dolar. 

Kinerja pendapatan kembali meningkat pada Q2 2023, mencapai Rp3,68 triliun, atau mencerminkan pertumbuhan 45% YoY. 

Sedangkan pada kuartal II-2022, WIKA mencatatkan pendapatan sebesar Rp4,02 triliun, naik 41% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,84 triliun. Selain itu, pada kuartal kedua tahun lalu, perseroan meraih pendapatan sebesar Rp 4,9 triliun, tumbuh 22% secara year-on-year. 

Sebaliknya PT Wasketa Kariya (Persero) Tabak. (WSKT) dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan penurunan pendapatan pada kuartal II tahun 2022 dan 2023. 

Vasquita misalnya, memiliki pendapatan sebesar Rp 3,34 triliun pada kuartal II 2022. Angka tersebut masih lebih tinggi 64% dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp 2,03 triliun. Namun pada kuartal II-2023, pendapatannya turun 24% year-on-year menjadi Rp 2,54 triliun. 

Begitu pula dengan PTPP. Sepanjang kuartal II-2022, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp4,74 triliun atau meningkat 31% year-on-year. Namun pendapatan tersebut akan turun menjadi Rp 3,68 triliun pada kuartal II 2023. 

Berikut angka pendapatan emiten BUMN Karya periode 2019-2023:

 Sumber: Bloomberg, diolah

Implementasi awal BUMN Karya 2024

Di sisi lain, pada triwulan I-2024, ADHI membukukan laba usaha sebesar Rp2,63 triliun atau lebih rendah 1,21% dibandingkan triwulan I-2023 yang mencapai Rp2,66 triliun. 

Pendapatan usaha ADHI ditopang oleh bisnis rekayasa dan konstruksi sebesar Rp2,03 triliun, properti dan jasa sebesar Rp106,33 miliar, manufaktur sebesar Rp379,54 miliar, serta investasi dan konsesi sebesar Rp98,58 miliar. 

Penurunan ini berbanding terbalik dengan kinerja laba bersih perseroan. ADHI tercatat meraih laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik unit utama sebesar Rp10,15 miliar atau tumbuh 20,14% year-on-year. 

Nasib serupa juga dialami WIKA dengan terkoreksi pendapatan sebesar Rp3,53 triliun pada triwulan I 2024 atau 18,75% dari tahun sebelumnya Rp4,34 triliun. 

Pendapatan WIKA dipimpin oleh sektor infrastruktur dan bangunan sebesar Rp1,53 triliun, disusul sektor industri sebesar Rp1,15 triliun. Selain itu, pendapatan sektor energi dan pabrik industri menyumbang Rp585,97 miliar kepada hotel sebesar Rp192,29 miliar. 

Setelah memperoleh pendapatan dan beban lain-lain, WIKA mencatatkan kerugian periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik unit induk sebesar Rp 1,13 triliun.

Sebaliknya, PTPP membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 5,68% YoY menjadi Rp4,61 triliun pada Q1 2024. Pendapatan tersebut ditopang oleh jasa konstruksi sebesar Rp3,81 triliun, real estate sebesar Rp158,89 miliar, dan EPC sebesar Rp462,07 miliar. 

PTPP juga mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik unit utama sebesar Rp 94,60 miliar atau meningkat 176,43% dibandingkan triwulan I 2023 yang menghasilkan laba bersih sebesar Rp 34,22 miliar. 

Sedangkan Waskita Karya mencatatkan rugi bersih periode berjalan sebesar Rp939,55 miliar pada triwulan I 2024. Kerugian tersebut meningkat 150,59% dibandingkan triwulan I 2023 yang mencapai Rp374,93 miliar.  

Salah satu faktor penyebab kerugian Waskeeta adalah meningkatnya beban keuangan yang naik 56,17% year-on-year menjadi Rp 1,09 triliun.  

Selain itu, laba operasional perseroan juga mencatatkan penurunan year-on-year sebesar 20,38%, dari Rp2,73 triliun menjadi Rp2,17 triliun pada Q1 2024.

————————-

 

Disclaimer: Berita ini bukan merupakan dorongan untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel