Bisnis.com, JAKARTA – Hampir berakhirnya 10 tahun pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), terakhir pada tahun 2024. pada bulan Juli kinerja inflasi sebesar 0,89% (YoY/YT) atau 2,13% (YoY/YoY).
Angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan target Bank Indonesia pada tahun 2024. sasaran inflasi 2,5% ± 1%.
Perlu diketahui bahwa Indeks Harga Konsumen (CPI) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi guna mengetahui kenaikan harga barang dan jasa secara keseluruhan.
Berdasarkan data historis 10 tahun terakhir, inflasi tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2022. atau pada masa transisi dari pandemi COVID-19 ke endemi yaitu 5,51% (m/m).
Tak heran jika Jokowi pada tahun 2022 menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada bulan September. Dari jumlah tersebut, kenaikan harga Pertalite sebesar 30,72 persen, solar sebesar 32,04 persen, dan Pertamax sebesar 16 persen.
Hal ini mengakibatkan inflasi meningkat tajam dibandingkan tahun lalu atau 2021 menjadi 1,87 persen. Faktanya, pada tahun 2022 inflasi merupakan yang tertinggi sejak tahun 2014. atau di bawah Jokowi.
Jika dilihat dari inflasi periode pertama Jokowi, terpantau stabil rata-rata di angka 3 persen. Mendekati periode kedua atau 2019. inflasi bahkan berhasil turun hingga 2,72% sepanjang tahun.
Lain halnya jika melihat tren inflasi pada masa pemerintahan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Inflasi cukup fluktuatif dan tercatat pada level dua digit.
SBY mewarisi 6,4% pada tahun 2004. inflasi. Pada tahun pertama pemerintahannya, atau 2005, inflasi naik menjadi 17,11%.
Mirip dengan era Jokowi, inflasi melonjak akibat kepemimpinan SBY pada tahun 2005 Berbaris mengumumkan kebijakan kenaikan harga bahan bakar.
Alhasil, Badan Pusat Statistik (CPS) pada tahun 2025 mencatat dampak signifikan dari kenaikan harga di bulan Oktober – inflasi bulanan mencapai 17,89%, dan bulan lalu – 9,06%.
Pertama-tama, pada tahun 2005 pada bulan Oktober terjadi peningkatan yang signifikan pada harga bensin, minyak tanah, solar, angkutan dalam kota dan antar kota.
Namun pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 inflasi tahunan turun menjadi 6%, dan pada tahun 2008 meroket hingga 11,06% bertepatan dengan krisis keuangan global.
Selama SBY menjabat, inflasi hanya tiga kali lipat di bawah 5%, yakni pada tahun 2009. – 2,78%, pada tahun 2011 – 3,79%, dan pada tahun 2012 – 4,3%.
Di akhir masa kepemimpinannya atau pada tahun 2014 SBY mencatat tingkat inflasi sebesar 8,36%.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel