Bisnis.com, JAKARTA – Menguatnya harga minyak sawit mentah (CPO) ke level tertinggi hingga tahun 2024 menjadi instrumen positif bagi pergerakan harga saham eksportir perkebunan kelapa sawit. Sektor apa yang paling sukses? 

Berdasarkan data Bloomberg, harga kontrak CPO Desember 2024 dibanderol 4.307 ringgit per ton. Angka ini berada pada puncaknya hingga tahun 2024 ini.

Sementara harga CPO terendah pada 3 Januari 2024 menyentuh angka 3.514 ringgit per ton dan rata-rata harga CPO sepanjang tahun ini diperdagangkan pada angka 3.842,58 ringgit per ton. 

Sejalan dengan kenaikan harga tersebut, sebagian besar saham eksportir perkebunan kelapa sawit dan produsen CPO menguat pada perdagangan Senin (7/10/2024) atau sebulan terakhir. 

Harga Perusahaan PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) memimpin kenaikan hari ini, naik 14,71% menjadi Rp975 pada perdagangan hari ini. Alhasil, dalam sepekan terakhir saham DSNG menguat 18,9% atau sebulan 14,71%. 

Begitu juga dengan saham PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) senilai 2,37% ke Rp 865, saham PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) menguat 1,52% ke Rp 6.700, saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) naik 2,9% menjadi Rp 1.065, dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS) naik 2,75% ke Rp 1.120 per saham. 

Selain itu, saham pemasok kelapa sawit Sinar Mas Group, PT SMART Tbk. (SMAR) menguat 0,77% ke Rp 3.910 dan saham PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) naik 0,7% menjadi Rp715.

Sebulan terakhir, saham LSIP menguat 4,41%, AALI menguat 1,13%, SGRO menguat 0,99%, dan TAPG menguat 8,13%. 

Menurut Bloomberg, kenaikan harga CPO ke level tertinggi sejak pertengahan April 2024 seiring dengan pelemahan ringgit sehingga membuat CPO semakin diminati pembeli internasional. 

Selain itu, Direktur Pertahanan Bestari Paramalingam Supramanjam mengatakan kenaikan harga CPO juga didorong oleh konflik geopolitik yang berkembang di Timur Tengah.

“Minyak nabati menjadi lebih menarik sebagai pilihan biofuel seiring kenaikan harga minyak mentah,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg, Jumat (10/04/2024). 

Di sisi lain, ringgit Malaysia melemah selama 4 hari berturut-turut dan menuju level terendah 2 minggu. Hal ini diyakini akan membuat CPO semakin diminati pembeli global. 

Selain itu, India, sebagai importir CPO terbesar, diperkirakan akan meningkatkan pembelian minyak sawit untuk liburan Diwali pada bulan November 2024. 

Supramanjam mengatakan, pasar sawit masih dalam tren kenaikan hingga kuartal I 2025 yang ditandai dengan aksi ambil untung. Dari sisi pasokan, ia yakin volume produksi di Malaysia akan datar, kemungkinan akan melemah pada bulan ini dibandingkan bulan September setelah mencapai puncak produksi. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel