Bisnis.com, JAKARTA – Dengan animo masyarakat yang positif terhadap PT Toyota-Astra Motor (TAM), Gaikindo berharap Indonesia International Motor Show atau GIIAS 2024 bisa menjadi katalis pertumbuhan industri otomotif.
Anton Jimmy Suvandi, Direktur Pemasaran Toyota Astra Motors (TAM), mengatakan antusiasme terhadap GIIAS 2024 cukup tinggi, hal ini mencerminkan tingginya jumlah pengunjung selama pameran.
Tingginya animo masyarakat terhadap pasar mobil terlihat dari surat pemesanan kendaraan (VPO) sebanyak 6.202 yang diterima Toyota pada 18 hingga 28 Juli 2024.
“Mudah-mudahan ini bisa menjadi katalis pertumbuhan industri otomotif pada paruh kedua tahun 2024,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (1/8/2024).
Di satu sisi, dia mengatakan penjualan di dalam negeri kemungkinan baru mencapai 900.000 unit hingga akhir tahun ini, mengingat penjualan pada kuartal I 2024 relatif lambat.
Ia mengatakan, Toyota telah melakukan beberapa langkah untuk menarik konsumen, antara lain paket kredit 0%, serta uang muka (DP) yang rendah berkat kerja sama dengan Astra Finance.
Selain itu, Toyota juga mempertahankan program penjualan, memperkenalkan produk dan varian baru, serta memperkuat aktivitas masing-masing jaringan dealer. Namun, dia mengakui langkah tersebut ada batasnya.
“Sebenarnya ada batasannya. “Kalaupun kita bisa meningkatkan pasar dari Season 1 ke Season 2, saya akan mengisi gap 1 juta season jika gap 1 juta season bisa kita isi,” ujarnya di ICE BSD Tangerang, Sabtu (27/7). / 2024).
Di satu sisi, kata dia, industri mobil juga memerlukan dukungan pemerintah sebagai faktor pendukung perekonomian makro. Salah satu yang bisa dilakukan pemerintah adalah memberikan kelonggaran pajak penjualan atas barang mewah (LGST).
Perlu diketahui, pemerintah akan memberikan kelonggaran PPnBM DTP untuk kendaraan LCGC pada tahun 2022. Melalui PMK no. Insentif PPnBm 5/2022 pada kendaraan LCGC dibagi dalam tiga tahap.
Tarif PPnBM menjadi 0% pada triwulan I tahun 2022, kemudian tarif PPnBM menjadi 1% pada triwulan II tahun 2022, 2% pada triwulan III tahun 2022, dan 2% pada triwulan IV tahun 2022. Tarif normalnya adalah 3%.
“Dari perhitungan kasar kami, sebenarnya pemerintah tidak mengalami kerugian total karena uang yang dikeluarkan kembali dalam bentuk pasar yang lebih besar. Artinya pajak lebih tinggi, dan perekonomian bisa berjalan lebih baik, jelasnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel