Bisnis.com, Jakarta – PT Toyota Motors (TMMIN) Indonesia telah memproduksi sejumlah mobil berbahan bioetanol dan mengekspornya ke berbagai negara.

Wakil Presiden dan Presiden TMMIN Bob Azam mengatakan, pihaknya mengekspor bioetanol ke negara-negara produsen, dalam situasi pasar dalam negeri yang stagnan.

“Sekarang kita lebih banyak ekspor, karena pasar dalam negeri sedang lesu. Sekarang pangsa ekspornya besar, lebih dari 50%,” kata Bob, Kamis (9 Mei 2024) di pabrik PT TMMIN Karawang, Jawa Barat, sambil meninjau.

Merujuk data Gaikindo, Toyota mengekspor kendaraan pada Juli 2024 sebanyak 10.170 unit, meningkat 20,76% year-on-month (MtM) dibandingkan Juni 2024 sebanyak 8.421 unit.

Sedangkan Januari-Juli 2024, Toyota mengekspor 62.533 kendaraan.

Sementara itu, langkah Toyota mengekspor mobil berbahan bioetanol ke negara-negara penghasil etanol memiliki prospek yang menjanjikan. Pasalnya, beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS), Brazil, dan Eropa memiliki regulasi penggunaan bahan bakar yang dicampur dengan bensin dan bioetanol hingga 10% atau disingkat E10.

“Di Brazil mereka memproduksinya sendiri, di negara-negara ini [campuran bensin dan bioetanol] sekarang sudah umum. Dicampur sampai E10. Nah, produk kami kompatibel dengan bahan bakar di negara-negara tersebut,” jelas Bob.

Ia mengatakan, hingga saat ini Toyota telah memproduksi sejumlah kendaraan yang dapat menggunakan bahan bakar yang dapat dicampur dengan bioetanol hingga 10%. Faktanya, produk Toyota tahun 2016 dan yang lebih baru dapat mengonsumsi etanol atau E20 hingga 20%.

Sementara di Indonesia, sejauh ini bahan bakar campuran bioetanol 5%, Pertamax Green 95, hanya dijual di 75 SPBU di Jakarta dan Surabaya.

Penerapan penggunaan campuran bioetanol 5% pada bensin yang disebut E5 akan ditingkatkan secara bertahap oleh pemerintah menjadi 10% pada tahun 2029. 

Perlu diketahui, biotinol merupakan bahan bakar alternatif dari sayuran seperti gula dan jagung yang dapat dicampur dengan bensin pada mobil. Beberapa negara juga telah mengembangkan biotinol seperti Amerika Serikat, Brazil dan Eropa.

Pada saat yang sama, Amerika Serikat (AS) merupakan produsen utama bahan bakar etanol di dunia. Pada tahun 2023, Amerika Serikat diperkirakan akan memproduksi 15,6 miliar galon bioetanol.

Selain itu, Brazil merupakan produsen bioetanol terbesar kedua di dunia dengan produksi sebesar 8,3 miliar galon pada tahun yang sama. Tingkat penggunaan bahan bakar etanol di Brasil jauh lebih tinggi dibandingkan di negara lain, dengan kendaraan berbahan bakar fleksibel menjadi jenis kendaraan ringan yang paling populer.

Demikian pula negara penghasil bioetanol terbesar di dunia adalah Uni Eropa dengan 1,44 miliar galon, India dengan 1,43 miliar galon, dan Tiongkok dengan 950 juta galon.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel