Bisnis.com, JACARTA – Toyota Motor Corp. sekali lagi terlibat dalam skandal sertifikasi keamanan yang mengarah pada penyelidikan terhadap kantor pusat perusahaan di Jepang. Akibatnya, produksi beberapa model mobil terhenti sementara.

Pejabat dari kementerian transportasi Jepang telah meluncurkan penyelidikan di kantor pusat Toyota setelah ditemukan kejanggalan dalam permohonan sertifikasi untuk model mobil tertentu. 

Persoalan uji sertifikasi bermula dari skandal uji keamanan perakitan mobil Toyota Daihatsu. Kementerian Jepang kemudian memerintahkan penyelidikan menyeluruh terhadap praktik sertifikasi, sehingga membuat produsen mobil Jepang lainnya tertinggal. 

Selain Toyota, Honda Motor Co, Mazda Motor Corp, Suzuki Motor Corp dan Yamaha Motor Co. juga terlibat dalam skandal sertifikasi ini.

Menurut Kyodo News, Toyota mengatakan tujuh model mobil diberi “tipe penunjukan” yang tidak cocok untuk produksi massal. Skandal ini diperkirakan akan berdampak pada 1,7 juta orang. mobil yang diproduksi sejak 2014 hingga April tahun ini.

Dalam hal ini, Toyota menyatakan telah meninjau permohonan sertifikasi modelnya sesuai dengan instruksi Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (MLIT) untuk tahun 2024. 26 Januari

Sejauh ini pihak Toyota menyatakan uji coba masih berlangsung. Pengujian ini, termasuk beberapa pengujian yang telah dihentikan sejak tahun 2014, diuji menggunakan metode yang berbeda dari standar pemerintah, dan partai tersebut melaporkan hal ini kepada kementerian pada tanggal 31 Mei.

Permohonan sertifikasi model terkait memerlukan data yang tidak mencukupi selama pengujian perlindungan pejalan kaki dan penumpang untuk tiga model mobil, yaitu Corolla Fielder, Corolla Axio, dan Yaris Cross. Akibat kasus ini, pengiriman tiga model yang saat ini beredar di pasaran dihentikan sementara.

Selain itu, kesalahan juga ditemukan dalam uji tabrak dan metode pengujian lainnya untuk empat model mobil lainnya – Crown, Isis, Sienta, dan RX di Jepang. Saat ini ada empat model yang tidak lagi ada di pasaran.

Dalam pernyataannya, Ketua Toyota Akio Toyoda mengakui bahwa perusahaannya memproduksi dan menjual mobil secara massal tanpa mengikuti proses sertifikasi yang semestinya.

“Kesalahan ini mengguncang fondasi sistem sertifikasi, jadi apa pun yang terjadi, produsen mobil tidak boleh melakukan hal ini. Kami sebagai Toyota Group meminta maaf,” kata Toyoda.

Dalam konferensi pers pada Selasa (04/06/2024), Menteri Transportasi Jepang Tetsuo Saito mengatakan bahwa kegagalan keamanan sangat disesalkan, namun dampak keseluruhan terhadap perekonomian Jepang mungkin dibatasi oleh rendahnya volume produksi model yang terkena dampak.

“Perusahaan berencana memberikan kompensasi dengan meningkatkan produksi model yang tidak terpengaruh,” Menteri Saito seperti dikutip Kyodo News.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel