Bisnis.com, Jakarta – Kinerja PT Astra International Tbk. (ASII) belum memuaskan secara finansial dan saham tahun ini. Namun, masih ada persepsi bahwa masalah ini akan membaik pada sisa tahun 2024.

Satu dari lima berita pilihan penggerak sentimen saham ASII dirangkum dalam Top 5 News edisi mingguan Bisnisindonesia.id (12/10/2024).

Selain itu, beberapa berita komprehensif lainnya juga tersaji seperti transaksi judi online di dompet digital, peralihan bisnis emiten batu bara hingga tingginya target penetrasi asuransi di era Prabowo Subianto. Berikut rinciannya.

Top 5 News: Semangat Astra (ASII) Ke DANA – OVO Dalam Transaksi Jodol

Kontributor utama pendapatan ASII adalah sektor otomotif. Perusahaan adalah pemimpin pasar di bidang ini. Namun, industrinya tidak bagus.

Penjualan mobil di dalam negeri akan mengalami tren melemah pada September 2024 atau kuartal III 2024. 

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, penjualan grosir mobil mencapai 72.667 unit pada September 2024. Koleksi menurun sebesar 9,1% year-on-year (YoY).

Sedangkan penjualan pengecer atau dealer ke konsumen sebanyak 72.366 unit pada September 2024. Angka tersebut menunjukkan penurunan 10,6 persen di AS.

PT Toyota Astra Motor (TAM) yang dikelola ASII masih mencatatkan kinerja penjualan lesu. “Ada sedikit koreksi dalam penjualan,” kata direktur pemasaran TAM Anton Jimmy Swendi kepada Business.

Meski begitu, menurutnya TAM masih memiliki pangsa pasar yang kuat. Pangsa pasarnya tumbuh 33,1% di ritel, ujarnya.

2. DANA, OVO dan Gopay Tersandung Transaksi Judi Online.

Upaya pemerintah dalam memberantas perjudian online menghadapi perkembangan baru. Ketiga, platform pembayaran digital mulai DANA hingga OVO menjadi dompet digital yang paling banyak digunakan untuk transaksi perjudian online. 

Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat transaksi judi online di e-wallet DANA mencapai Rp 5,37 triliun, tertinggi di antara dompet digital lainnya.

Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Ari Setiadi mengatakan pemerintah telah menegur keras perusahaan penyedia e-wallet yang memfasilitasi perjudian online. “Ada lima perusahaan yang menyediakan perjudian online.” “Kalau bandel, kami akan tindak tegas,” ujarnya.

Berdasarkan data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), kelima perusahaan e-wallet tersebut adalah PT Espay Debit Indonesia Koe (DANA), PT Visionet Internasional (OVO), PT Dompet Anak Bangsa (GoPay), PT Fintek Karya Nusantara . . (LinkAja), serta PT Airpay International Indonesia (ShopeePay).

“E-wallet Espay [DANA] memiliki nilai transaksi tertinggi sekitar Rp 5,4 triliun dengan 5,7 juta transaksi terkait perjudian online,” kata Buddy Ari Setiadi.

3. Keadaan yang memaksa Indi, Toba dan Adro berpindah bisnis

Emiten pertambangan batu bara seperti PT Indika Energy Tbk (INDY), PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sedang melakukan transisi bisnis ke energi ramah lingkungan. Keadaan sepertinya memaksa mereka untuk bertanya-tanya.

Analis menilai hal ini dilakukan agar perseroan mudah mendapatkan pembiayaan di masa depan. Saat ini, bisnis global beralih ke energi terbarukan.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nogroho mengatakan, saat ini perusahaan batubara sulit mendapatkan kredit atau pendanaan dari perbankan.

“Ke depan, target emisi akan mempengaruhi kemudahan pendanaan bagi perusahaan batubara. Hal inilah yang membuat INDY, TOBA dan ADRO melakukan diversifikasi usaha,” ujarnya.

Diantara rencana relokasi, Adityo menjelaskan investor perlu mengetahui ke mana perusahaan akan memindahkan usahanya.

Ia mencontohkan, sumber pendapatan INDY dan ADRO saat ini sebagian besar berasal dari pertambangan batu bara. Jika perusahaan berkonsentrasi pada bisnis emas hitam, sumber pendapatannya akan berkurang.

4. Tingginya target penetrasi asuransi di era Prabowo

Penetrasi asuransi di Indonesia masih sangat rendah dan trennya menurun. Di bawah pemerintahan baru Prabowo Subianto, pemerintah menargetkan peningkatan penetrasi asuransi hingga 3,2% dengan kepadatan Rp 2,4 juta per penduduk.

Target tersebut sejalan dengan Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Profesi Indonesia 2023-2027 yang dikembangkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sedangkan untuk posisi 2023, penetrasi dan kepadatan asuransi Indonesia sebesar 2,59% dan Rp 1,94 juta.

Sekadar informasi, penetrasi asuransi adalah tingkat premi industri asuransi dibandingkan dengan nilai produk domestik bruto (PDB). Saat ini, kepadatan asuransi merupakan jumlah rata-rata yang dialokasikan masyarakat pada produk asuransi dalam setahun. 

Penetrasi asuransi di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain, seperti Malaysia 4,8%, Australia 3,3%, Brazil 3,3%, Jepang 7,1%, Singapura 11,4%, dan Afrika Selatan 12,6%. 

Indonesia menghadapi tantangan penetrasi, terutama karena karakteristik negara yang terdiri dari ribuan pulau.  Ivan Pasila, Wakil Komisioner Pengawasan Asuransi, Penjaminan, dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengatakan kendala akses tidak hanya terjadi di Pulau Jawa, tapi juga di wilayah lain seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. 

Menurut Iwan, digitalisasi di bisnis asuransi sangat penting untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia, yang diharapkan dapat meningkatkan akses. 

5. BI berencana melemahkan laporan penjualan eceran pada September 2024 seiring dengan tren inflasi

Kinerja penjualan ritel pada September 2024 diperkirakan akan menurun karena pada September 2024 terjadi tren penurunan bulanan atau penurunan harga selama lima bulan sepanjang tahun ini.

Berdasarkan Laporan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada Jumat (10/11/2024), kinerja penjualan eceran secara tahunan akan meningkat secara bertahap dan menurun secara bulanan.

Hal ini terlihat dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang diperkirakan sebesar 210,5 pada September 2024 atau tumbuh sebesar 4,7% per tahun (year-on-year/year) atau lebih kecil dibandingkan pemulihan Agustus 2024 sebesar 5,8% per tahun. .

Proyeksi tersebut ditopang oleh kinerja kelompok bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 8,7% ya, suku cadang dan aksesoris sebesar 4,2%, serta subkelompok pakaian jadi sebesar 3,1%.

Namun demikian, HKI kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatatkan penurunan dengan pertumbuhan sebesar 6,3 persen per tahun, sehingga mempertahankan pertumbuhan HKI secara keseluruhan pada September 2024, demikian bunyi laporan tersebut

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel