Bisnis, JAKARTA — Nasib proyek Ikbu Kota Negara (IKN) Nusantara ke depannya akan ditentukan oleh minat investor lokal dan asing. Meski pemerintah sudah mengumumkan adanya minat investor asing, namun kinerjanya masih nihil.
Otoritas IKN mencatat ada 475 letter of Intent (LoI) atau letter of investment interest yang disampaikan. Namun investasi asing secara riil belum terwujud di IKN. Apa yang dialami IKN dari investasi ini merupakan salah satu berita pilihan yang terangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Minggu (11/8/2024). Berikut detailnya:
1. Nasib proyek IKN ada di tangan investor lokal dan asing
Deputi Direktur Pendanaan dan Investasi OIKN Agung Wicaksono mengatakan, dari total 475 LoI, hanya 263 LoI yang sangat berminat berinvestasi di IKN, sedangkan sisanya menyatakan ingin menjadi konsultan, kontraktor, dan vendor.
Pihak berwenang optimistis ada sekitar 60 investor yang berpeluang melakukan karya inovatif di IKN. Jumlah tersebut juga mencakup investor asing dari beberapa negara yakni Jepang, China, Korea Selatan, Rusia, dan Australia. Kemudian sekitar 45 investor dari 263 LoI sudah meletakkan batu pertama atau kekecewaan.
Untuk menarik investasi, baik dalam maupun luar negeri, pemerintah telah membentuk gugus tugas penanaman modal. Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S. Atmawidjaja mengatakan pembentukan Satgas percepatan investasi di IKN dilakukan untuk mempercepat pelaksanaan investasi di IKN.
Satgas juga berperan dalam mendorong pelaksanaan LoI atau letter of interest yang telah disampaikan sebelumnya. Satgas juga mendorong percepatan investasi pada IKN yang sudah ada sebelumnya, yang dapat berupa nota kesepahaman dan pelaksanaan proyek.
2. Pasar Baterai EV Global Tumbuh, Pangsa Produsen Korea Menurun
Penggunaan baterai kendaraan listrik di seluruh dunia pada paruh pertama tahun ini tumbuh sebesar 22,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi 364,6GWh. Pabrikan Korea juga mencatatkan pertumbuhan, namun pangsa gabungannya menurun.
Produsen baterai Korea antara lain LG Energy Solution (LGES), Samsung SDI, dan SK On. Ketiganya disebut K-trio.
Pada paruh pertama tahun 2024, LGES akan menduduki peringkat ke-3 merek baterai yang paling banyak digunakan di dunia. Penggunaan LGES tumbuh sebesar 5,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi 46,9 GWh (year-on-year/yoy).
SK On menduduki peringkat ke-4 merek baterai terbesar di dunia. Pada semester pertama tahun ini, SK On mencatatkan pertumbuhan penggunaan baterai sekitar 5,4% menjadi 17,3GWh.
Pada saat yang sama, Samsung SDI yang merupakan merek baterai terbesar ke-6 di dunia mencatatkan pertumbuhan tertinggi di antara perusahaan K-trio, yaitu 17,4% menjadi 16,4GWh.
Namun, karena tingkat pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan tingkat penggunaan baterai kendaraan listrik dunia, pangsa gabungan K-trio naik 3,0 poin persentase dari pangsa pasar pada periode yang sama tahun lalu menjadi hanya 22,1%.
3. Impian Prabowo-Gibran Kapitalisasi Pasar Modal Rp 22.000 Triliun
Pemenang Pilpres Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menargetkan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 22.000 triliun pada tahun 2027.
Dewan Pakar Tim Perusahaan Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Dradjad H. Wibowo mengatakan target kapitalisasi pasar Prabowo-Gibran lebih tinggi dibandingkan road map yang dibuat Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dalam peta jalan tersebut, OJK menargetkan kapitalisasi pasar melebihi Rp 15.000 triliun atau 70% dari produk domestik bruto (PDB) IMF pada tahun 2027.
Persentase yang digunakan Prabowo-Gibran pun sama. Namun, seiring dengan tingginya PDB nasional, kapitalisasi pasar pun ikut meningkat hingga mencapai lebih dari Rp 22.000 triliun.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), kapitalisasi pasar pada pekan kedua Agustus mencapai Rp 12,302 triliun. Kinerja tersebut turun 0,87% dibandingkan pekan sebelumnya sebesar Rp12.410 triliun.
Sedangkan jika dilihat secara triwulanan, kapitalisasi pasar bursa pada triwulan II tahun 2024 sebesar Rp 12,092 triliun. Angka tersebut meningkat 3,43% dibandingkan periode sebelumnya (QtQ) Rp 11,692 triliun. Jika dibandingkan tahun lalu (YoY), tumbuh 27,84% dari Rp 9.459 triliun.
4. Kepercayaan Properti Residensial tetap tinggi di tengah guncangan ekonomi
Industri properti residensial diperkirakan akan tetap berkinerja baik meskipun menghadapi berbagai tekanan geopolitik, perekonomian global, dan kondisi perekonomian nasional.
Kepala Riset JLL Indonesia Yunus Karim mengatakan permintaan properti residensial di atas tanah pada semester II akan tetap kuat dan sehat karena kebutuhan konsumen akhir akan hunian tetap tinggi. Saat ini, pengguna akhir memenuhi permintaan akan perumahan.
Namun memang kondisi daya beli sedang melemah, insentif PPN DTP hanya 50% dan juga menunggu kebijakan baru pemerintah yang membuat masyarakat berubah keputusan terkait pilihan harga rumah.
Selain itu, kondisi saat ini membuat konsumen memerlukan waktu lebih untuk berpikir dan mengambil keputusan pembelian terkait lokasi, harga, dan ukuran rumah.
Insentif PPN DTP yang diberikan pemerintah berdampak signifikan terhadap penjualan properti. Hal ini menunjukkan tingkat penjualan yang tinggi pada tahun 2020 hingga 2022 dan berlanjut pada akhir tahun 2023 hingga pertengahan tahun 2024. Pada semester 1/2024 terdapat kurang lebih 6.000 unit rumah yang diluncurkan dengan permintaan 6.800 unit dan tingkat penjualan 88. %.
5. Skenario terburuk resesi AS dan dampaknya terhadap pasar saham
Pasar global, termasuk nasional, menghadapi risiko resesi perekonomian Amerika Serikat (AS). Investor khawatir jika hal ini terjadi.
Hal ini terlihat dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama seminggu terakhir. Pada awal pekan ini, Senin (5/8/2024) tercatat terjadi penurunan sebesar 3,4% atau 248,46 poin ke level 7.059,65.
IHSG kemudian menguat tipis 0,86% atau 61,87 poin menjadi 7.256.996 pada akhir pekan, Jumat (9/8/2024). Indeks Harga Saham Gabungan masih mencatatkan pelemahan sebesar 0,22% sepanjang tahun ini atau secara year-to-date (YtD).
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, pasar saat ini diwarnai kekhawatiran resesi AS. Investor khawatir terhadap prospek perekonomian AS, termasuk tingkat pengangguran yang masih tinggi dan inflasi yang belum mereda.
Tingkat pengangguran di Negeri Paman Sam ini lebih tinggi dari perkiraan para ekonom dunia. Statistik AS mencatat tingkat pengangguran naik dari Juli menjadi 4,3%. Meski proyeksinya hanya di level 4,1%. Hal ini menyebabkan bursa saham dunia bereaksi negatif terhadap laporan merah pengangguran AS.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel