Bisnis.com, JAKARTA — Kemajuan teknologi digital mendorong semakin banyak pekerja yang mengakses layanan keuangan, sehingga berdampak positif pada peningkatan inklusi keuangan. Generasi muda dan pekerja kini semakin melek finansial.
Aliyah Natasya, perencana keuangan CFP|IFP, menjelaskan bahwa pendidikan keuangan merupakan upaya untuk mengenali, memahami dan mengendalikan keputusan dalam pengelolaan keuangan. Menurutnya, fenomena permasalahan keuangan seringkali muncul karena masih banyak masyarakat yang belum kompeten dalam mengelola keuangan, namun mengutamakan keinginan di atas kebutuhan.
Ia mengatakan, ketika dihadapkan pada kenyataan, para pekerja selalu bergelut dengan mentalitas jangka pendek dibandingkan mentalitas jangka panjang. Ditambah lagi dengan banyaknya pekerja yang merasa tidak mampu menabung atau berinvestasi.
Oleh karena itu, pembentukan disiplin keuangan dan peningkatan pertumbuhan nilai aset harus dilakukan secara hati-hati, kata Aliyah, Jumat (21/6/2024).
Di sisi lain, laju inovasi dan inklusi keuangan saat ini tidak bisa dibarengi dengan pemahaman yang matang mengenai pengelolaan keuangan yang baik. Faktanya, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), meskipun indeks inklusi keuangan telah meningkat sebesar 85,1%, indeks literasi keuangan masih terbilang rendah, yaitu sebesar 49,68%, bahkan hanya 30% pegawai di Indonesia yang berada pada level yang sama. tingkat ini. Pahami cara mengelola keuangan Anda.
Sukses Grace Sunarjo, Direktur PT IndoArtha Perkasa, mengatakan rendahnya tingkat literasi keuangan menunjukkan masih banyak individu atau pekerja yang masih terjebak pada keputusan yang tidak bijak ketika menghadapi permasalahan keuangan.
“Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pegawai saat ini dapat membantu mereka mencapai tujuan finansialnya dengan memanfaatkan aplikasi pendukung dengan berbagai fitur pendukung, seperti investasi untuk kebutuhan finansial mendesak dan penarikan gaji lebih awal, kapanpun dan dimanapun,” ujarnya.
Tak hanya itu, lanjutnya, pegawai juga perlu mulai lebih dewasa dalam mengelola arus keuangannya dan mulai mengatur dana untuk kebutuhan mendesak.
Pihaknya percaya bahwa sebagai agregator keuangan, Otto dapat memberikan akses pendidikan dan literasi keuangan kepada karyawannya sehingga mereka dapat menjangkau target pasar yang luas. Ia kini optimis, selain meningkatkan literasi keuangan, juga perlu diciptakan kesadaran untuk mulai mengelola keuangan dengan bijak.
Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita dan WA Channel