Bisnis.com, Jakarta – Bank Sentral AS, Federal Reserve, memutuskan memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,75%-5% dari 5,25%-5,5%. Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai aksi penurunan suku bunga berdampak pada aktivitas pasar.

Irwan Susandi, Direktur Perdagangan dan Regulasi Keanggotaan BEI, mengatakan pelaku pasar masih menunggu penurunan suku bunga. Menurut dia, penurunan suku bunga tersebut juga tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini.

“Kalau diperhatikan, dalam 2-3 minggu terakhir indeks agak naik. Padahal kalau kita diskusi dengan pelaku pasar, kemungkinan besar mereka akan menurunkan suku bunganya,” kata Irwan di Bursa Efek Indonesia. para pelaku pasar optimistis melakukan hal tersebut.” Gedung BEI, Kamis (19/9/2024).

Irwan mengatakan penurunan suku bunga yang dilakukan The Fed dan aksi beli pelaku pasar menjadi penyebab kenaikan indeks.

Meski demikian, kata dia, BEI masih mempunyai pekerjaan rumah di tengah pesatnya pertumbuhan IHSG. Pekerjaan rumahnya adalah rata-rata omzet harian (RNTH) yang belum mencapai puncaknya.

“Nilai transaksinya masih PR, tapi kami perkirakan dengan suku bunga yang lebih menarik di pasar modal, kami perkirakan volume transaksinya juga akan meningkat,” ujarnya.

Untuk meningkatkan nilai transaksi tersebut, Irwan mengatakan BEI terus menawarkan instrumen baru, seperti single futures, ETF, izin regulasi, dan mekanisme baru seperti short sales.

Melansir Bloomberg, Kamis (19/9/2024), Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee) melakukan pemungutan suara sebanyak 11 kali untuk menurunkan Fed Funds Rate (FFR).

Ini merupakan perubahan kebijakan agresif pertama The Fed yang bertujuan memperkuat pasar tenaga kerja AS.

“Fed memangkas FFR menjadi 4,75% hingga 5% setelah lebih dari setahun berada di level tertinggi dalam dua dekade,” kata Bloomberg.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel