Bisnis.com, JAKARTA – Penerapan bahan bakar nabati campuran seperti biodiesel yang mencapai level 35% atau B35 memang berdampak negatif terhadap kinerja kendaraan niaga seperti truk.
Manajer Operasi Hino Motors Sales Indonesia Santiko Wardojo mengatakan bahan bakar B35 memiliki kandungan air yang tinggi dan pelumasan yang relatif buruk. Hal ini menyebabkan korosi yang berdampak buruk pada mesin.
Beberapa dampak buruk tersebut adalah mesin cepat panas, korosi lebih cepat, dan mesin lebih cepat aus. Hal-hal tersebut juga mempengaruhi performa yang secara teknis membuat kerja mesin menjadi lebih mudah.
“Kondisi negatif tersebut akan semakin besar dampaknya jika kandungan biodieselnya semakin tinggi, misalnya 35% hingga 40% bahkan 50%,” ujarnya, Kamis (23/05/2024).
Karena kekurangan biodiesel, Hino kemudian melakukan beberapa penyesuaian pada mesinnya, seperti memasang screen agar kandungan air bisa lebih cepat tersaring dan tidak masuk ke dalam mesin.
Selain itu, pelumasan yang relatif buruk juga memaksa Hino memasang injektor dengan lapisan karbon mirip berlian, agar lapisan mesin menjadi lebih kuat.
Meski menimbulkan beberapa efek samping dari segi mesin, Hino memperkirakan penerapan biodiesel mampu menyerap minyak sawit dengan baik. Selain itu, kelapa sawit merupakan salah satu produk terpenting di Indonesia.
Kemudian suatu saat bahan bakar fosil juga akan hilang, sehingga biodiesel bisa menjadi solusi pengoperasian truk.
Menurutnya, penerapan biodiesel dengan kandungan nabati lebih tinggi memerlukan teknologi unggul agar penggunaannya tidak meninggalkan kemacetan.
Jelly hasil penggunaan biodiesel yang dibiarkan terlalu lama di dalam mesin akan menimbulkan masalah karena filter solar tersumbat dan umur pemakaian menjadi lebih pendek.
“Saat ini, diperlukan proses yang lebih maju untuk menghasilkan lebih sedikit kemacetan dibandingkan sebelumnya.” “Teknologi yang lebih maju memungkinkan lebih sedikit limbah,” ujarnya.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran VA