Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Barang Industri Indonesia (HKI) mengungkap alasan banyaknya investor asing yang lebih memilih berinvestasi di Malaysia dibandingkan Indonesia. Salah satu faktornya adalah kewaspadaan di tengah tahun politik dan peralihan kekuasaan. 

Ketua HKI Sani Iskandar mengatakan Indonesia sebenarnya masih punya peluang bagus. Ia pun optimistis pada akhir tahun ini investor akan berbondong-bondong masuk ke Indonesia. 

“Kita tunggu hingga November, karena saat ini Indonesia sedang menghadapi pergantian kepemimpinan nasional yang menempatkan kita di persimpangan transformasi ekonomi,” kata Sani seperti dikutip, Senin (7/10/2024). 

Dia melihat investor masih menahan diri. Pasca pelantikan dan kabinet baru, ia berharap investasi kembali masuk ke kawasan industri dalam negeri. 

Meski tidak bisa dipungkiri, masih banyak tantangan lain yang perlu diatasi, mulai dari perang dagang, perubahan teknologi, hingga perlunya terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

“Indonesia masih perlu berbenah terutama dalam hal penyederhanaan perizinan berusaha, meski saat ini sudah menggunakan sistem OSS berbasis risiko (RBA), namun masih banyak kendala di sana-sini untuk menyelesaikan perizinan,” ujarnya. 

Misalnya, Rencana Dasar Perencanaan Terperinci (RDPR) dianggap berkaitan dengan sistem. Namun upaya tersebut masih terus dilakukan karena di banyak daerah proses perubahan peraturan daerah masih terus berjalan. 

Tak hanya itu, jaminan keamanan hukum juga tidak kalah pentingnya, termasuk perlunya koordinasi dan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah.

Terkait pembangunan infrastruktur dasar, masih banyak yang kurang dengan kebijakan yang tidak berpihak pada investasi,” jelasnya. 

Ia mencontohkan, ketersediaan sumber air baku untuk kegiatan industri saat ini sangat terbatas di wilayah Jawa Barat, padahal di wilayah tersebut banyak terdapat industri dan kebutuhan akan sumber air baku. 

Apalagi pasokan dan harga gas industri juga masih menjadi kendala, misalnya kebijakan HGBT harus memperluas sektor industri tidak hanya menjadi 7 sektor industri tetapi juga menambah sektor lainnya.

“Bagi pemilik Badan Usaha Gas Bumi (BUPTL), harga gas industri harus lebih kompetitif,” ujarnya.

Sedangkan Oracle merupakan salah satu investor yang baru-baru ini memutuskan berinvestasi di Malaysia. Perusahaan teknologi yang berbasis di Texas ini melihat kesiapan infrastruktur Malaysia yang memadai dan statusnya yang semakin berkembang sebagai tujuan utama investasi digital. 

Melihat hal tersebut, Sani mengatakan kebijakan dan pembangunan infrastruktur di Indonesia harus terus ditingkatkan. Gangguan keamanan juga dilaporkan terus terjadi, misalnya limbah ekonomi milik perusahaan tertentu hingga menimbulkan protes di kawasan industri. 

Masalah keamanan dan penegakan hukum dapat mempunyai dampak yang signifikan terhadap lingkungan investasi. Ia juga menganjurkan kebijakan yang mendorong lingkungan investasi yang menarik dan pengembangan sumber daya manusia yang terampil.

Investor akan berinvestasi jika suatu negara atau daerah menarik baik secara fiskal maupun nonfiskal, sehingga perlu mengambil langkah maju, misalnya dengan berbagai insentif yang menarik,” tutupnya. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan VA Channel