Bisnis.com, Jakarta – Pemprov Bali ternama kini tengah mengembangkan Proyek Bali Urban Rail yang mirip dengan pengoperasian LRT Bali untuk pertama kalinya. Lantas, apa perbedaan kedua proyek tersebut?
Direktur Jenderal Perkeretaapian (Kmenhub) Kementerian Perhubungan Risal Wasal mengatakan LRT Bali merupakan bagian dari Bali Urban Railway yang merupakan rencana pengembangan transportasi massal di Bali.
Implementasi Bali Urban Rail selanjutnya akan dilakukan secara business to business plan dan diawali dengan perluasan LRT Bali atau koridor lainnya di luar koridor LRT Bali, kata Risal saat dihubungi, Jumat (7/6/2019). ). . 2024).
Risal mengatakan nilai investasi proyek tersebut diperkirakan mencapai US$876 juta atau Rp 14,2 triliun.
Panjang LRT Bali Fase 1A sepanjang 6,04 kilometer. Direncanakan rute LRT dari Bandara I Gusti Ngurah Rai hingga kawasan Sunset Road.
Pada tahap awal ini, LRT Bali akan memiliki 5 stasiun pemberhentian yaitu Bandara Ngurah Rai, Kuta, Pura Desa Adat, Central Park dan Sunset Road, sedangkan pengembangan Peraturan Gubernur Kereta Api Perkotaan (Pargab) Bali No. . 9/2024 tentang penunjukan PT Jamkrida Bali Mandara dan PT Sarna Bali Dwip Jaya (SBDJ) sebagai Pelaksana dan Penanggung Jawab Proyek.
Direktur Utama SBDJ I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Askhara menjelaskan, total nilai investasi Bali Urban Rail and Associated Development mencapai US$ 20 miliar atau setara Rp 325,7 triliun.
Angka-angka tersebut berasal dari proposal yang diajukan dengan penyerahan dokumen Request for Qualification (RFQ) paling lambat tanggal 6 Juni 2024.
“Saya belum tahu investasinya, tapi nilainya mencapai US$20 miliar karena komitmen lisan salah satu investor,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (6/6/2024).
Erie menjelaskan, investasi tersebut tidak hanya untuk pengembangan transportasi besar saja, tapi juga kawasan berorientasi transit atau transit centric development (TOD) di sepanjang jalur tersebut.
Dijelaskannya, berdasarkan salah satu usulan yang masuk, Rencana Jalan Kereta Api Perkotaan Bali merupakan rencana tiga tahap. Leg pertama melewati Ngurah Rai – Kuta – Seminyak – Canggu – Cemagi – Munggu. Leg kedua adalah Kuta – Renon – Sanur – Ubud. Fase 3 meliputi Kuta – Nusa Dua.
Ia menambahkan, tiga kelompok investor telah menunjukkan minat dan menyerahkan dokumen RFQ paling lambat 6 Juni 2024.
Ari mengatakan ketiga investor tersebut berasal dari konsorsium di Indonesia yakni PT Bumi Indah Prima perusahaan asal China, RATP Group asal Prancis, dan Siemens Group asal Jerman.
Lihat berita dan artikel lainnya di saluran Google Berita dan WA