Bisnis.com, Jakarta – Ekspor Tiongkok diperkirakan tumbuh paling lambat dalam lima bulan pada September 2024. Hal ini menunjukkan bahwa produsen tidak lagi terburu-buru melakukan pemesanan ke banyak mitra dagang akibat penerapan tarif dan pelemahan global. Permintaan barang buatan negara panda

Data perdagangan yang akan dirilis pekan depan pada Senin (14/10/2024) diperkirakan menunjukkan pertumbuhan sebesar 6% year-on-year, menurut estimasi median 20, mengutip Reuters, Jumat (10/11/2024). Ekonom dalam jajak pendapat Reuters.

Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode Agustus 2024 sebesar 8,7%.

Sementara itu, tingkat impor diperkirakan meningkat sebesar 0,9% pada bulan September 2024, naik dari 0,5% yang tercatat pada bulan Agustus. Hal ini akan mendorong pemerintah Tiongkok untuk mencoba menghidupkan kembali permintaan domestik.

Sementara itu, surplus perdagangan Tiongkok diperkirakan mencapai $89,80 miliar pada bulan September, naik dari $91,02 miliar pada bulan Agustus, menurut survei.

Pada Agustus 2024, ekspor Tiongkok tumbuh pada laju tercepat dalam hampir 1,5 tahun. Namun, para ekonom memperingatkan bahwa negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini sebaiknya menghindari terlalu bergantung pada permintaan global dalam upayanya meningkatkan pertumbuhan secara keseluruhan.

Para pejabat Tiongkok pada hari Selasa pekan ini mengatakan mereka sepenuhnya yakin dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi mereka sekitar 5%, namun menahan diri untuk tidak menerapkan langkah-langkah fiskal yang kuat, sehingga mengecewakan investor yang mengharapkan lebih banyak dukungan politik.

Sementara itu, pada Sabtu (10/12/2024), Kementerian Keuangan Tiongkok akan merinci rencana peningkatan perekonomian dalam konferensi pers yang sangat dinantikan.

Aktivitas manufaktur Tiongkok mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut pada bulan September 2024 dan pesanan ekspor baru turun ke level terburuk dalam 7 bulan. Para analis mengaitkan kinerja ekspor yang kuat dalam beberapa bulan terakhir dengan pemilik pabrik yang memotong harga untuk mencari pembeli.

Komisi Eropa pekan lalu melihat proposalnya untuk mengenakan bea tambahan hingga 45% pada kendaraan listrik buatan Tiongkok disetujui melalui pemungutan suara terpisah di antara negara-negara anggota UE, bergabung dengan AS dan Kanada dalam mendorong tindakan perdagangan terhadap Tiongkok.

Sementara itu, ekspor Korea Selatan ke Tiongkok, yang merupakan indikator utama impornya, melambat pada bulan lalu dibandingkan bulan Agustus karena kuatnya permintaan semikonduktor.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel