Bisnis.com, Jakarta – Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) Ririek Adriansyah melihat potensi masa depan UMKM dalam penerapan kecerdasan buatan (AI) di bidang pendidikan. Perusahaan berusaha menangkap peluang ini. 

Ririek mengatakan AI akan membantu UMKM memberikan masukan yang lebih cepat dan bervariasi. AI dapat menjadi mitra konsultasi bagi UMKM dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis.

Misalnya, jika UMKM di luar Jakarta ingin menjual produknya di Jakarta, mereka bisa menanyakan produk yang paling laris atau laris di Jakarta, menyewa konsultan, atau melakukan riset pasar yang mahal dan panjang. 

“Jika dia perlu mempekerjakan orang-orang yang pandai dalam pemasaran, itu bisa dilakukan, tapi itu akan memakan banyak waktu. Dengan AI, yang perlu mereka lakukan hanyalah terhubung ke situs web lalu meminta hal yang sama dengan segera. jawaban sederhananya adalah, murah. Dan cepat,” kata Rakic ​​dalam forum diskusi, Jumat (5/7/2024). 

Sekadar informasi, dalam riset yang dilakukan Gartner, 80% pelaku usaha global mengaku merasakan peningkatan pengetahuan setelah menggunakan AI. 

AI juga mampu memberikan masukan yang sangat baik sehingga membuat mereka semakin kreatif. 

Kemudian, 80 persen responden dalam survei Gartner mengaku akan menerapkan AI dalam proses bisnisnya. 

Ririek menambahkan, AI dapat mendongkrak sektor pendidikan di Tanah Air. 

AI dapat meningkatkan kualitas sekolah di Indonesia karena terbukanya akses informasi dengan hadirnya AI. 

“Selama ada konektivitas dan gadget, kita bisa memanfaatkan AI untuk belajar tanpa harus ke sekolah. Siswa dapat merasakan pendidikan yang sama dimanapun mereka berada. Kita bisa melakukannya. “Itu terbukti pada masa Covid-19,” kata Rerick. . 

Rerick mengatakan, kecerdasan buatan merupakan sebuah lompatan di bidang teknologi, dimana masyarakat bisa mendapatkan informasi menarik tanpa harus belajar selangkah demi selangkah.

Selain itu, anak perusahaan Telkom, Telkomsel, telah mengembangkan solusi AI untuk bisnis. Solusi AI ini menyasar semua segmen, mulai dari UMKM hingga perusahaan besar. 

Ke depannya, Ted bisa menjadi asisten virtual yang memberikan masukan kepada para pebisnis. 

Dapat dipahami bahwa pemerintah sedang mengembangkan peraturan kecerdasan buatan (AI) yang aman, bertanggung jawab, dan dapat diandalkan untuk memberikan rasa aman dan nyaman saat menggunakan teknologi berbasis data ini. 

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah menerbitkan Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika (SE) no. 9/2023 Tentang Etika Kecerdasan Buatan.

Inisiatif SE ini merupakan langkah awal dalam pengembangan model operasi kecerdasan buatan, sebagai respons terhadap laju inovasi dan penggunaan teknologi ini. 

Dalam perkembangannya, Kementerian Komunikasi dan Informatika terus berupaya membuat peraturan yang lebih mengikat mengenai AI. 

Tata kelola kecerdasan buatan secara bersamaan dapat menggunakan kerangka pendekatan yang berbeda, seperti teknologi, etika, dan hukum.

Pendekatan teknis berupaya mengatur kecerdasan buatan dengan bantuan infrastruktur teknis, misalnya melalui beberapa skema standardisasi tanpa intervensi hukum. 

Selain itu, pendekatan etika cenderung menekankan pada etika atau cerminan kehidupan yang baik, misalnya dengan mengadopsi beberapa prinsip seperti privasi, akuntabilitas, keselamatan dan keamanan, transparansi, keadilan dan non-diskriminasi, kontrol manusia atas teknologi, dan promosi pertumbuhan. Nilai-nilai kemanusiaan, dll. 

Selain itu, pendekatan hukum mencoba melihat penggunaan undang-undang yang berlaku pada kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, atau aplikasi robot.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel