Bisnis.com, JAKARTA – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Indosat Tbk. (ISAT) mengembangkan layanan kecerdasan buatan (AI) untuk sektor bisnis dan layanan publik. Keduanya akan bersaing ketat untuk mendapatkan kekuasaan di pasar AI melalui solusi yang mereka tawarkan.

AI telah terbukti berpotensi menyumbang US$ 13 triliun terhadap PDB global. Dari jumlah tersebut, sekitar US$ 1 triliun berada di Asia Tenggara dan Indonesia menjadi salah satu pasar terbesarnya. 

Untuk memanfaatkan peluang ini, persaingan keduanya sangat ketat dan manfaatkan peluang pertumbuhan tersebut. Saat ini XL Axiata dan Smartfren belum diketahui dan masih tergabung. 

Indosat dan Nvidia, perusahaan teknologi yang berfokus pada AI, akan memperkenalkan produk AI pada September 2024 atau 3 bulan lagi. Solusi ini ditujukan untuk sektor publik.

Direktur dan CEO IOH Muhammad Buldansyah mengatakan kolaborasi Indosat dan NVIDIA akan memperkuat penciptaan berbagai solusi yang akan berkontribusi pada pertumbuhan industri. 

“Dalam waktu dekat, kurang dari 3 bulan, kami akan memperkenalkan layanan AI yang bermanfaat bagi masyarakat,” kata Danny, Jumat (5/7/2024). 

Sekadar informasi, Indosat menyiapkan belanja modal hingga Rp 12,7 triliun pada 2024. Perusahaan mulai serius mengembangkan kecerdasan buatan (AI) dari Huawei dan Nvidia.

Perusahaan menjalin berbagai kemitraan dengan mitra internasional, mulai dari pembukaan pusat pameran baru Indosat Marvelous Xperience (MX) Center, hingga pengelolaan bersama pusat data canggih.

Melalui kerja sama ini, AI Cloud milik Indosat dan Lintasarta yang didukung oleh Nvidia akan mengembangkan pusat data generasi berikutnya yang berkelanjutan, terhubung, dan dilengkapi dengan kecerdasan buatan. 

Danny menambahkan, kemitraan dengan Nvidia berarti perusahaan memiliki lebih banyak layanan untuk pasarnya.

Indosat berpeluang menawarkan GPU Nvidia kepada pelanggan bisnis. Selain itu, kekuatan Nvidia dan kemampuan AI Driving menjadi nilai jual Indosat lainnya kepada pelanggan. 

“[Produk hasil kerjasama Nvidia] Misalnya rekening bank, manajemen penipuan. Kalau menggunakan proses standar seperti saat ini, bisa memakan waktu 1-2 minggu. “Misalnya verifikasi pembuatan akun yang dulunya memakan waktu seminggu, sekarang bisa lebih cepat,” kata Danny Jenderal Ted

Kini Telkom melalui perusahaannya Telkomsel telah meluncurkan solusi Gen AI Ted. Telkomsel menjadi yang pertama di pasar yang menyasar pasar bisnis di semua sektor. Perusahaan mengikuti perkembangan terkini di semua pasar. 

VP Corporate Strategy, Innovation, Sustainability and Marketing Telkomsel, Endra Diputra mengatakan, perusahaan tidak melihat besar kecilnya organisasi jika menyangkut Gen AI Ted.

Menurut Endar, solusi Gen AI Ted cocok untuk semua sektor, khususnya UMKM makanan seperti toko bakso. Ted bisa menjadi konsultan digital yang memberikan nasehat kepada pemilik bisnis. 

 “Usaha kecil sekarang butuh WiFi. Lalu mereka bertanya tentang IndiHome atau Indibiz, butuh paket apa? Ted bisa membantu. Pertanyaannya tidak terbatas,” kata Ender dan Bisnis, Kamis (5/7/). 2024). 

Laporan Survei APJII 2023 melaporkan bahwa 45,37% pelaku usaha di Indonesia mengandalkan website dan layanan online untuk menjalankan bisnisnya. Bahkan, sebanyak 41,37% menyatakan sangat percaya diri. 

Tak hanya itu, total 20,66% UMKM merasa Internet dan solusinya telah membantu mereka meningkatkan pendapatan lebih dari dua kali lipat. Sebaliknya, 40,03% UMKM mengalami peningkatan namun tidak dua kali lipat. 

Endra menambahkan, Telkomsel terus mempelajari model Ted untuk memberikan jawaban akurat kepada pengguna. 

Bagi Telkomsel, ketelitian Ted dalam menjawab setiap pertanyaan pelanggan bisnis adalah yang terpenting. Saat ini Ted dapat dihubungi di telkomsel.com/enterprise.

“Dugaan saya, semakin banyak orang yang terhubung ke Internet, maka semakin banyak orang yang berinteraksi dengan Ted dan memahami solusi yang ditawarkan Ted,” kata Endra.  

Niat Telkomsel untuk menyediakan data akurat merupakan langkah menjawab keraguan perusahaan terhadap penggunaan metode AI genetik. 

Distribusi aplikasi publik dan kelompok keamanan, F5, menunjukkan bahwa kurangnya informasi menghalangi perusahaan untuk menggunakan gen AI. Selain data, faktor biaya juga relevan. 

Berdasarkan laporan bertajuk F5’s 2024 AI State Application Strategy Report, para pemimpin bisnis mengungkapkan ada tiga isu utama yang menjadi agenda mereka ketika ingin menggunakan AI.

Pertama, sekitar 62% responden bisnis mengatakan bahwa biaya komputasi adalah alasan utama meningkatnya penggunaan AI. Kedua, 57% mengatakan kekhawatiran terhadap kualitas sistem keamanan adalah alasan berikutnya. 

Ketiga, lebih dari separuh responden atau 55% mengatakan bahwa hasil kinerja dipertimbangkan dalam semua aspek model ini ketika menerapkan A. 

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa penerapan teknologi AI tanpa melakukan pendekatan keamanan dapat membahayakan dan mengancam keamanan organisasi.

Menurut laporan tersebut, lebih dari 75% perusahaan telah menggunakan sistem AI dalam operasional bisnis mereka. Namun, 72% dari jumlah ini justru melaporkan masalah kualitas data dan ketidakmampuan membawa data penting melalui sistem.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA