Bisnis.com, Jakarta – Pavel Durov, pendiri dan CEO aplikasi perpesanan Telegram, telah memperbarui kebijakan privasi penggunanya menyusul penangkapannya di Prancis untuk mengatasi aktivitas ilegal di platform perpesanan tersebut.

Telegram sekarang dapat mengungkapkan data kepada penegak hukum sebagai tanggapan atas permintaan yang sah.

Karena itu, Telegram membuka pintunya bagi penegakan hukum dengan data pengguna, termasuk alamat IP dan nomor telepon.

Dalam laporan PCMag, Selasa (24/9/2024), Durov menyebut Telegram mengakui ada beberapa pengguna yang menyalahgunakan fungsi pencarian untuk menjual barang ilegal.

Faktanya, seperti dijelaskan Durov, fungsi pencarian Telegram memungkinkan pengguna menemukan saluran publik dan bot.

“Fitur ini telah digunakan oleh orang-orang yang melanggar ketentuan layanan kami untuk menjual barang ilegal,” kata Durov di saluran resmi Telegramnya, Senin (23/9/2024).

Pria berusia 39 tahun itu mengatakan bahwa untuk mencegah penjahat menyalahgunakan pencarian Telegram, perusahaan telah memperbarui persyaratan layanan dan kebijakan privasinya.

Dia menjelaskan: “Kami telah memperjelas bahwa alamat IP dan nomor telepon individu yang melanggar kebijakan kami dapat diungkapkan kepada pihak yang berwenang sebagai tanggapan atas permintaan hukum yang sah.

Durov menjelaskan, fungsi pencarian Telegram adalah untuk mencari teman dan berita, bukan untuk mempromosikan barang ilegal. “Kami tidak akan membiarkan pelaku kejahatan mengkompromikan integritas platform kami untuk hampir satu miliar pengguna,” tambahnya.

Selain itu, Durov juga mengakui bahwa tim pemantau menggunakan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi dan menghapus konten bermasalah dari pencarian Telegram, sehingga konten tersebut tidak dapat diakses oleh pengguna.

“Jika Anda berhasil menemukan sesuatu yang tidak aman atau ilegal dalam pencarian Telegram Anda, silakan laporkan melalui @SearchReport,” tutupnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel