Bisnis.com, JAKARTA – PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) menjamin cadangan batu bara di konsesi pertambangan grup tersebut akan habis masa berlakunya antara tahun 2025 hingga 2027.
Juli Oktarina, Direktur TOBA, mengatakan sesuai rencana kerja perseroan, cadangan batu bara grup dinyatakan nol. Namun izin kontrak penambangan beberapa anak perusahaan TOBA masih tergolong panjang.
Kalau izinnya masih ada, tapi cadangan batu baranya sudah tidak ada lagi, saat ini cadangan batu baranya sudah nol sesuai rencana, kata Juli saat ditemui usai RUPS, Kamis (14/11/14). .2024).
Juli mengatakan cadangan mineral PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN) akan habis pada tahun 2025. Selain itu, operasi penambangan PT Trisensa Mineral Utama dan PT Indomining diperkirakan akan selesai pada tahun 2026 hingga 2027.
Dia memastikan perseroan tidak berniat meminta perpanjangan kontrak eksplorasi sumber daya batubara di konsesi pertambangan yang dikelola ketiga anak usaha tersebut. Selain itu, dia memastikan perseroan belum berencana membeli tambang batu bara lainnya.
Di sisi lain, kata dia, penghentian operasional batu bara di beberapa konsesi pertambangan akan berdampak buruk terhadap pendapatan perusahaan.
Namun, dia menegaskan, TOBA memperkirakan kemungkinan penurunan pendapatan batu bara melalui akuisisi beberapa proyek pengelolaan limbah dan investasi baru pada proyek energi terbarukan (EBT).
Selain itu, kata dia, perseroan baru-baru ini mendapat dana baru senilai $144,8 juta dari pelepasan aset pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara, PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Electric Perdana (GLP).
“Tim kami sudah menghitung berapa EBITDA yang kami perlukan untuk menggantikannya, sehingga dana sebesar USD 144 juta ini bisa mempercepat kami mencari bisnis yang memiliki pendapatan untuk menggantikan PLTU dan industri batu bara,” ujarnya.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2024, TOBA mencatatkan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan senilai $336,65 juta. Kinerja tersebut turun 9,11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/year).
Jika terkonfirmasi, pendapatan TOBA dari sektor batubara masih dominan dengan kontribusi sebesar 80,51% atau US$271,05 juta. Ekspor batubara perusahaan pada Januari-September 2024 turun 15,63% year-on-year menjadi $200,62 juta, sedangkan penjualan batubara domestik TOBA naik 157,10% year-on-year menjadi $70,42 juta.
Kemudian, pendapatan TOBA dari sektor listrik menjadi kontributor terbesar berikutnya dengan pangsa 13,23% atau $44,54 juta. TOBA mengalami peningkatan pendapatan sebesar 1,46% dari penggunaan fasilitas pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara yang menyediakan listrik.
Saat itu, pendapatan perusahaan sebesar $4,40 juta berasal dari penjualan pulp buah segar, kelapa sawit, dan minyak sawit mentah. Angka ini turun 1,32% YoY, dengan porsi sebesar 1,31% terhadap total pendapatan perusahaan.
Sisa pendapatan TOBA atau sekitar 4,94% berasal dari bisnis ramah lingkungan. Secara khusus, pendapatan perusahaan sebesar $9,75 juta (2,90% dari total) berasal dari pengolahan dan pembuangan limbah.
Catatan: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembacanya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel