Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Kementerian Kelautan dan Investasi (Kemenkomarves) merilis kabar terkini mengenai rencana investasi pembangunan pabrik tekstil oleh perusahaan asing asal China dan Singapura.
Deputi Bidang Koordinasi Penanaman Modal dan Pertambangan Kementerian Kelautan dan Perikanan Septian Hario Seto mengatakan saat ini terdapat 11 perusahaan manufaktur tekstil yang sedang dalam proses pemberian izin di Tanah Air.
“Ada 11 perusahaan yang mempekerjakan sekitar 40.000 orang. Lokasinya di Subang, Karawang, Brebes, Solo, dan Sukoharjo. Investornya berasal dari China, Singapura, dan Indonesia,” kata Seto kepada Bisnis, Rabu (14/6/2024).
Meski demikian, Seto belum bisa memberikan informasi berapa jumlah investasi yang akan dilakukan perusahaan asing maupun dalam negeri pada hari ini. Yang pasti, pemasukan 11 perusahaan ini memakan tenaga kerja hingga 40.000 orang.
Sementara itu, program investasi tekstil baru akan meningkatkan penanaman modal asing (PMA). Merujuk data National Single Window for Investment (NSWI), nilai FDI ke industri TPT pada triwulan I 2024 sebesar US$ 13,9 juta atau setara Rp 228,37 miliar. Pendapatan ini meningkat 45% dari waktu yang sama tahun lalu menjadi $900.000.
Sebelumnya, Direktur Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan investor asal Tiongkok sudah datang kepadanya dan menunjukkan investasinya pada pembangunan dua pabrik di Kertajati, Jawa Barat dan Sukoharjo, Jawa Tengah.
Mendengar rencana tersebut, Luhut tak segan menggelar karpet merah dan bersedia turun tangan jika ada kendala dalam pembangunan, termasuk pengambilalihan lokasi pabrik.
“Saya telepon Menteri ATR/BPN [Agus Harimurti Yudhoyono], dan saya bilang, ‘Gus, keadaan pertanahannya bisa diperbaiki nggak?’ ‘Iya pak, satu minggu lagi’ Sebulan dari sekarang kita akan mulai melihat pembangunannya,” kata Luhut.
Di sisi lain, mereka juga berjanji kebutuhan infrastruktur air akan terpenuhi dengan baik dari Waduk Jatiluhur atau Bengawan Solo. Namun, ia mengingatkan agar uang yang didatangkan perusahaan ini sebaiknya dijadikan usaha ekspor agar perekonomian negara bisa tumbuh 6,5%-7%.
“Kita semua minta investasi berorientasi ekspor. Kalau mau tumbuh 6,5%-7% harus minta investasi berorientasi ekspor. Ekspor [perusahaan garmen China] ini bisa mencapai US$ 18 miliar, wah, saya sebut saja. karpet merah,” ujarnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel