Bisnis.com, JAKARTA – Bank Umum (BPR) banyak yang bangkrut dan Bank Indonesia (OJK) mencabut izin usahanya pada tahun 2024. Apa yang harus dilakukan Bagaimana dengan mereka di tahun 2025?
OJK baru-baru ini mencabut izin usaha bank pailit, PT Bank Per Ekonomi Rakyat (BPR) Nature Primadana Capital. Pembatalan izin usaha ini ditetapkan melalui Keputusan Anggota Direksi OJK No. KEP-70/D.03/2024 tanggal 13 September 2024.
Oleh karena itu, sepanjang tahun 2024, terdapat 15 bank yang hilang dan izin usahanya dicabut oleh OJK. Semua bank bangkrut adalah BPR.
Jumlah pengangguran perusahaan tahun ini meningkat pesat, hampir empat kali lipat dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2023, hanya ada empat bank bermasalah di Indonesia.
Sementara itu, rata-rata setiap tahun tujuh hingga delapan bank bangkrut di Indonesia. Jika dicabut sejak 2005, total ada 137 bank yang bangkrut di Tanah Air.
Hampir semua bank gagal sebenarnya adalah BPR. Satu-satunya bank umum atau non-BPR yang bangkrut dan mendapat izin usaha adalah PT Bank IFI.
Direktur Pengawasan Keuangan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, penyebab bertambahnya BPR adalah penyalahgunaan atau penipuan.
Namun menurutnya, bisnis BPR tetap berjalan. Pada semester I/2024, aset BPR misalnya, meningkat sebesar 6,19% secara tahunan (year-on-year/yoy). Penyaluran kredit BPR meningkat 7,01% yoy. Setelah itu, penghimpunan rekening pihak ketiga (DPK) BPR meningkat 6,96% yoy.
Menurut dia, pertumbuhan aset, kredit, dan DPK BPR akan ditopang dengan memenuhi minimal investasi Rp 6 miliar dan melakukan joint venture.
Sementara itu, BPR diperkirakan akan menghadapi sejumlah tantangan pada tahun depan. Ucapnya melalui surat, Sabtu (14/9/2024).
Tantangan lainnya, meningkatnya penggunaan teknologi informasi telah mempengaruhi perubahan perilaku, harapan dan kebutuhan masyarakat terhadap layanan keuangan dari perbankan, termasuk BPR.
Selain itu, BPR terus menghadapi persaingan yang semakin ketat, khususnya dalam penyaluran kredit atau pembiayaan pada segmen usaha kecil dan menengah (UMKM).
“BPR harus kuat dan kompetitif, sehingga dapat menjaga efektivitas dan eksistensinya,” kata Dian.
Dalam pengembangan industri BPR, OJK sendiri telah mencanangkan empat pendekatan, yaitu penguatan standar dan persaingan, digitalisasi BPR, peningkatan penguatan peran BPR di wilayahnya termasuk penguatan, otorisasi, dan pengawasan. .
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel