Bisnis.com, JAKARTA – Perancang busana dan tekstil Merdi Sihombing berharap Indonesia menjadi pionir fashion budaya berkelanjutan.

“Saat ini, Indonesia masih mengimpor semua lini tekstil, mulai dari benang hingga garmen jadi,” kata Merdi Sihombing.

Ia juga menekankan bahwa impor yang ada juga berkontribusi terhadap polusi karbon global. Mulai dari pengiriman antar benua, negara, provinsi, hingga kota, transportasi pakaian terancam di seluruh dunia.

Hal yang sama terjadi karena Indonesia belum memperkenalkan industri fesyen dan tekstil yang berkelanjutan. Alasan lainnya adalah kurangnya tenaga ahli yang bekerja di industri ‘Hulu’, sehingga hanya sedikit orang yang dapat menyimpan dan menciptakan fesyen dan tekstil berkelanjutan.

Aliran airnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya, katanya, dan juga seolah terhenti.

“Sebenarnya banyak sekolah tekstil yang benar-benar kesulitan untuk berkembang, dan mereka sepertinya tidak melihat tekstil dari sudut pandang bisnis,” kata Merdi.

Dalam perjuangannya untuk fashion berkelanjutan di Indonesia, Merdi membuat buku dan film yang diikutinya di kompetisi internasional. Ia berharap pesan yang diungkapkannya dalam karya-karya tersebut dapat tersampaikan kepada para pekerja, pengusaha, dan pemerintah.

Merdi juga prihatin dengan budaya tenun yang jarang ditemukan di setiap daerah. Hal ini juga dipadukan dengan budaya modern yang masuk ke interiornya.

“Saya khawatir kalau tidak ada proses yang tepat (pemerintah) lambat laun tradisi ini akan hilang, apalagi jika kota bebas diserang budaya asing, dipastikan yang asli akan mati,” kata penjelasan Merdi. (Memperkaya Samuel K.P.)

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel