Bisnis.com, JAKARTA – Keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga hingga 6% disambut meriah oleh pasar dan pedagang. Ada optimisme yang semakin besar bahwa dampak penurunan suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi akan berdampak positif.

Ryan Kiryanto, ekonom dan profesor di Lembaga Perbankan Pembangunan Indonesia (LPPI), menggambarkan langkah BI untuk menurunkan suku bunga utama sebesar 25 basis poin sebagai tindakan yang berani dan taktis. Tidak mungkin, Anda bertaruh BI akan mengumumkan keputusannya sekitar 12 jam sebelum Fed Fund Rate (FFR) atau pengumuman suku bunga The Fed.

Jika The Fed mempertahankan suku bunganya, perekonomian Indonesia akan menghadapi risiko yang signifikan karena kesenjangan antara BI dan FFR semakin melebar. Namun visi BI benar: sinyal akomodatif direspon dengan pelonggaran moneter.

“Dikatakan berani dan taktis karena keputusan ini diambil menjelang keputusan The Fed apakah akan memangkas atau mempertahankan suku bunga The Fed [FFR] pada 20-21 September.” pertemuan,” kata Ryan, Rabu (18/9/2024). . ).

Ryan menilai keputusan penurunan BI rate sudah tepat waktu. Selain momentum kebijakan moneter AS yang tepat, kondisi dalam negeri juga memiliki indikator yang baik seperti inflasi yang rendah, penguatan rupee dll.

Ia berharap suku bunga perbankan juga mengalami penyesuaian sedemikian rupa sehingga perekonomian pulih dan membaik.

Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, setidaknya ada lima alasan bank sentral berani mengambil tindakan tepat waktu untuk menurunkan suku bunga dasar. Salah satunya, BI, menilai arah penurunan suku bunga The Fed lebih jelas, baik dari segi waktu maupun skalanya.

BI meyakini The Fed akan menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini, yakni pada tahun 2024. September, November dan Desember; lalu empat kali pada tahun 2025 Penurunan sebesar 25bps.

Menurut Perry, penurunan suku bunga yang dilakukan The Fed dapat mempengaruhi kondisi makroekonomi Indonesia, termasuk inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Bagaimana penurunan suku bunga BI dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi? Perry memberikan contoh dari berbagai sudut pandang, baik dari sudut pandang makroekonomi dalam hal kredit perbankan maupun sektor ritel, dan lebih spesifik lagi dalam pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM).

Suku bunga yang lebih rendah dapat merangsang permintaan dan distribusi kredit. Perry meyakini laju perekonomian akan membaik sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

“Kebijakan saat ini, kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, dan sistem moneter memang sudah mulai [mendorong] pertumbuhan ekonomi sejak awal,” kata Perry, Rabu (18/9/2024).

BI tidak mengubah perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia, meskipun nilai tukar rupiah melemah dan tekanan ekonomi global baru-baru ini terjadi. BI masih memperkirakan pada tahun 2024 Perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 4,7-5,5% dengan nilai rata-rata sebesar 5,1%.

Batas atas perkiraan BI bahkan lebih tinggi dari ekspektasi pemerintah dan tidak turun seiring melemahnya rupee.

“Tahun ini kami perkirakan masih bisa mencapai 5,1 persen,” kata Perry.

Pemotongan suku bunga dan stimulus fiskal bahkan membuat Perry meyakini pertumbuhan ekonomi pada 2024 akan melambat. mungkin lebih tinggi dari rata-rata perkiraan BI.

Bank sentral meyakini pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih kuat, khususnya di kalangan kelas menengah atas. Dengan demikian, ekspor nonmigas tetap baik sehingga membantu mendukung pertumbuhan ekonomi.

Belanja pemerintah yang akan meningkat pada akhir tahun juga diharapkan dapat mendukung permintaan domestik, terutama pada tahun 2024. kuartal keempat.

Berbagai indikator terkini, termasuk hasil survei Bank Indonesia, menunjukkan aktivitas perekonomian pada tahun 2024 masih baik. pada triwulan III – hal ini dibuktikan dengan tingginya kepercayaan konsumen, positifnya penjualan ritel, serta meningkatnya impor barang modal dan penjualan semen.

Ke depan, diperlukan berbagai upaya untuk mendorong pertumbuhan, baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Peluang BI kembali memangkas suku bunga

Kepala Riset Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengutarakan kemungkinan itu, apalagi BI rate dipangkas 25 basis poin dalam rapat Dewan Pengurus (Gubernur) kemarin.

“Kami yakin BI harus menurunkan suku bunga lagi bulan depan, dengan asumsi rupiah menguat di bawah Rp15.000 per dolar, dan hal ini bukan tidak mungkin karena indeks dolar DXY saat ini berada di ambang sub-100, yang merupakan level teknis utama.” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (19/9/2024).

Pengurangan QE The Fed bersifat adaptif, katanya. Dimana indeks dolar turun hampir -1% karena The Fed memberikan panduan yang akomodatif.

Dolar justru memberikan dorongan penguatan terhadap mata uang emerging market. Stabilnya imbal hasil obligasi AS setelah pengumuman FOMC menunjukkan sikap risk-on, karena penurunan suku bunga sejauh ini tidak ditafsirkan sebagai pandangan pesimistis terhadap prospek perekonomian AS oleh The Fed.

Melihat hal tersebut, Satria menilai negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, akan mendapatkan momentum aliran modal asing.

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro melihat grafik titik yang menunjukkan penurunan suku bunga FFR lebih lanjut sebesar 50 basis poin tahun ini.

“Dot plot menunjukkan acuan suku bunga Fed Funds akhir tahun untuk 19 anggota FOMC, baik voting maupun nonvoting, sebesar 4,4%, sesuai dengan kisaran target 4,25% hingga 4,50%,” ujarnya. dikatakan

Ekonom Perdana Menteri Indonesia Sekurit Luthfi Ridho mengatakan pihaknya memperkirakan The Fed AS akan memangkas suku bunga acuannya pada bulan ini dan tahun depan. Oleh karena itu, dia yakin BI akan mengambil keputusan serupa.

“Kami yakin penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi akan dimungkinkan pada bulan depan dengan mempertimbangkan The Fed,” kata Luthfi dalam keterangannya, Rabu (18/9/2024).

Sejauh ini, Indo Premier Sekuritas memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga dasar sebesar 50 basis poin pada akhir tahun ini.

Luthfi juga menyambut positif keputusan BI yang memangkas suku bunga dasar karena akan semakin memperkuat perekonomian ke depan. Dia menjelaskan, sistem perbankan Tanah Air tetap tangguh yang tercermin dari rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga sebesar 25,4% pada Agustus 2024.

Selain itu, rasio kecukupan modal (CRA), yaitu. rasio kecukupan modal, 2024 pada bulan Juli tercatat sebesar 26,6%, dan kredit bermasalah yaitu Selain itu, pada tahun 2024 pada bulan Agustus pinjaman swasta sedikit menurun menjadi +11,4% y/y dan pada tahun 2024 target fiskal 10-12% per tahun).

“Kami melihat penurunan suku bunga berdampak positif terhadap pertumbuhan aktivitas ekonomi dan pemulihan daya beli rumah tangga,” kata Luthfi. (Surya Dua Artha Simanjuntak)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel