Bisnis.com, JAKARTA — PT Prudential Sharia Life Assurance (Prudential Syariah) memastikan perusahaan asuransi jiwa tidak serta merta mengubah strategi investasinya seiring dengan kenaikan suku bunga yang diperkirakan akan bertahan lebih lama. Seperti diketahui, pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, BI rate dinaikkan menjadi 6,25% pada akhir April 2024, yang merupakan level tertinggi sejak tahun 2016.

Chief Financial Officer Prudential Syariah Paul Setio Kartono mengatakan investasi perseroan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan regulator. Dalam aturan tersebut, ditentukan bagian obligasi atau sukuk pemerintah, deposito, dan obligasi korporasi.

“Jadi strategi investasi kita akan tetap bertahan dan segala macam risiko juga sudah kita perhitungkan dalam strategi investasi kita, seperti perubahan suku bunga dan sebagainya,” kata Paul saat ditemui saat peluncuran produk medis PRUWell di Jakarta, Selasa (7 /7). 5/2024).

Paul mengatakan, untuk itu saat ini belum ada pengurangan alokasi investasi dan proyeksi ke depan dinilai cukup.

Chief Client and Marketing Director Prudential Indonesia Karin Zulkarnaen, senada dengan Paul, menambahkan, investasi perseroan saat ini berada dalam situasi yang cukup stabil, mengingat terdapat komite investasi yang akan menentukan arah perseroan.

Jadi tidak serta merta berubah, mengikuti perubahan suku bunga, kata Karin di acara yang sama.

Karin mengatakan, baik reksa dana konvensional maupun syariah yang dikelola Prudential kini mencapai Rp 66 triliun, sedangkan aset Rp 59 triliun berasal dari produk investasi asuransi terkait investasi (PAYDI). Produk PAYDI yang ditawarkan perseroan terdiri dari 22 pilihan dana yang dapat dipilih nasabah.

Strategi Investasi MSIG Life dan IFG Life

Secara terpisah, CEO dan Chairman Director MSIG Life (LIFE) Wianto Chen menjelaskan, investasi pada surat berharga negara (SBN) dan obligasi menjadi lebih menarik ketika suku bunga naik. Hal ini disebabkan oleh kenaikan imbal hasil obligasi.

“Suku bunga saat ini berada di angka 6,25%, tertinggi sejak tahun 2016. Hal ini berdampak pada kenaikan imbal hasil SBN, saat ini imbal hasil SBN tenor 10 tahun berada pada kisaran 6,8%-7,0%,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.

Di sisi lain, perseroan mengurangi investasinya di pasar uang. Langkah ini diambil karena imbal hasil SBN biasanya lebih menarik.

Wianto memperkirakan rencana alokasi investasi pada SBN ke depan akan lebih tinggi karena adanya penambahan obligasi dengan imbal hasil yang lebih baik.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel